Bismillah
Ketika manusia yang paling mulia diatas bumi ini tidak sanggup memberikan hidayah kepada manusia , maka memberikan isyarat kepada kita bahwa hidayah dinul Islam hanyalah di tangan Allah saja, dan tidak ada seorang pun yang dapat menjadikan seseorang menempuh jalan kebenaran ini kecuali dengan kehendak-Nya. Maka mari kita jemput hidayah (awali dengan berazam untuk berhijrah dari kejahilan menuju hidayah taufik dan minta setiap waktu beristiqamah dalam menjaga hidayah taufiq. karena begitu mahalnya nikmat sebuah hidayah sampai Allah Abadikan dalam kisah yang shahih dalam Al-Quran dan hadits ;
KISAH NYATA Nabi Muhammad Sallahu 'Alaihi Wassallam Yang Tidak Sangup Memberikan Hidayah Kepada Pamannya Yang Di Cintainya Abdul Muttalib .
~Imam Ahmad mengatakan, ( قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ )
telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, ( حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ )
telah menceritakan kepada kami Ma'mar, ( حَدَّثَنَا مَعْمَر )
dari Az-Zuhri, ( عَنِ الزَّهْرِيِّ )
dari Ibnul Musayyab, ( عَنِ ابْنِ الْمُسَيَّبِ )
dari ayahnya yang mengatakan ( عَنْ أَبِيهِ قَالَ )
bahwa ketika Abu Talib sedang menjelang ajalnya, ( لَمَّا حَضَرت أَبَا طَالِبٍ الْوَفَاةُ )
Nabi masuk menemuinya ( دَخَلَ عَلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ )
saat itu di sisi Abu Talib terdapat Abu Jahal ( وَعِنْدَهُ أَبُو جَهْلٍ )
dan Abdullah ibnu Abu Umayyah. ( وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي أُمَيَّةَ )
~Maka Nabi bersabda ( فَقَالَ )
Wahai pamanku! ( ﺃَﻯْ ﻋَﻢِّ )
Ucapkanlah La Ilaha Illallah, ( ﻗُﻞْ ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠَّﻪُ )
suatu kalimat ( ﻛَﻠِﻤَﺔً )
yg dapat aku jadikan bukti untuk
(membela)-mu ( ﺃُﺣَﺎﺝُّ ﻟَﻚَ ﺑِﻬَﺎ ) ~ dalam lafaz lain ( ﺍﺷْﻬَﺪُ )
di hadapan Allah.( ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟﻠَّﻪِِّ عَزَّ وَجَل )
~Maka Abu Jahl ( فَقَالَ أَبُو جَهْلٍ )
dan ‘Abdullah bin Umayyah berkata, ( وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي أُمَيَّةَ )
Wahai Abu Tholib, ( ﻳَﺎ ﺃَﺑَﺎ ﻃَﺎﻟِﺐٍ )
apakah engkau tidak suka pada agamanya
Abdul Muthollib? ( ﺗَﺮْﻏَﺐُ ﻋَﻦْ ﻣِﻠَّﺔِ ﻋَﺒْﺪِ ﺍﻟْﻤُﻄَّﻠِﺐِ )
Abu Talib menjawab. ( قَالَ )
Saya berada pada agama Abdul Muttalib. ( أَن عَلَى مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِب )
Kemudian, Abdul Muthollibpun menolak untuk mengucapkan La ilaha illallah. Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengulangi sabdanya lagi , akan tetapi mereka berdua pun ( Abu Jahl dan ‘Abdullah bin Umayyah ) mengulang - ulangi perkataannya. Maka akhir kata yang diucapkannya, bahwa dia masih tetap pada agama Abdul Muthalib dan enggan mengucapkan La ilaha Illallah. ( فَلَمْ يَزَالَا يُكَلِّمَانِهِ، حَتَّى قَالَ آخَرُ شَيْءٍ كَلَّمَهُمْ بِهِ: عَلَى مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِب )
~Kemudian Nabi bersabda ( فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ )
Sungguh aku akan memohonkan ampun bagimu
wahai pamanku, ( ﻷَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮَﻥَّ ﻟَﻚَ )
selama aku tidak dilarang oleh Allah ( ﻣَﺎ ﻟَﻢْ ﺃُﻧْﻪَ ﻋَﻨْﻪُ عَنْكَ )
~Maka turunlah ayat ini, ( فَنَزَلَتْ )
Lalu Allah 'Azza wa Jalla menurunkan firman-Nya:
Tiadalah sepatutnya bagi Nabi ( مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ )
dan orang-orang yang beriman ( وَالَّذِينَ آَمَنُوا )
memintakan ampun (kepada Allah) ( أَنْ يَسْتَغْفِرُوا )
bagi orang-orang musyrik, ( لِلْمُشْرِكِينَ )
walaupun orang-2 musyrik itu ( وَلَوْ كَانُوا )
adalah kaum kerabat (nya).( أُولِي قُرْبَى )
Setelah tampak jelas bagi mereka ( مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ )
bahwasanya mereka ( أَنَّهُمْ )
para penghuni neraka jahanam ( أَصْحَابُ الْجَحِيمِ )
(QS. At Taubah (9) : 113 ).
~Imam Ahmad mengatakan ( قَالَ )
bahwa sehubungan dengan peristiwa ini diturunkan pula
firman Allah Aza Wajalla ( وَنَزَلَتْ فِيه )
Sesungguhnya engkau (Muhammad) ( إِنَّكَ )
tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) ( لَا تَهْدِي )
kepada orang yang kamu kasihi ( مَنْ أَحْبَبْتَ )
akan tetapi Allah ( وَلَٰكِنَّ اللَّهَ )
Dia (Allah ) memberi hidayah ( يَهْدِي )
kepada orang yang Dia kehendaki, ( ۚ مَن يَشَاءُ )
dan Dia (Allah ) ( وَهُوَ )
lebih mengetahui ( أَعْلَمُ )
terhadap orang-2 yg dapat petunjuk. ( بِالْمُهْتَدِينَ )
[Qs Al Qashash/28 : 56] ٨:٥٦ )
( Tafsir Ibnu Khasir )
~Dalam riwayat lain terdapat kisah yang berbeda ;
Ibnu Jarir meriwayatkan ( وَرَوَى ابْنُ جَرِيرٍ )
melalui hadis Alqamah ibnu Marsad, ( مِنْ حَدِيثِ عَلْقَمَةَ بْنِ مَرْثد )
dari Sulaiman ibnu Buraidah, ( عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ بُرَيدة )
dari ayahnya, ( عَنْ أَبِيهِ )
bahwa ketika Nabi ( أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ )
tiba di Mekah, beliau mendatangi suatu kuburan, ( لَمَّا قَدِمَ مَكَّةَ أَتَى رَسْمَ قَبْرٍ )
lalu duduk di dekatnya ( فَجَلَسَ إِلَيْهِ )
dan kelihatan seperti orang yang sedang berbicara, ( فَجَعَلَ يُخَاطِبُ )
lalu bangkit seraya menangis. ( ثُمَّ قَامَ مُسْتَعْبِرًا )
Maka kami bertanya, ( فَقُلْنَا )
Wahai Rasulullah, ( يَا رَسُولَ اللَّه )
sesungguhnya kami melihat semua yg engkau perbuat. ( إِنَّا رَابَنَا مَا صَنَعْت )
Rasulullah bersabda ( قَالَ )
Sesungguhnya aku meminta izin kepada Tuhanku untuk menziarahi --
kuburan ibuku, ( إِنِّي اسْتَأْذَنْتُ رَبِّي فِي زِيَارَةِ قَبْرِ أُمِّي )
maka Dia memberikan izin kepadaku. ( فَأَذِنَ لِي )
Dan aku meminta izin kepada-Nya untuk memohonkan ampun ---
buat ibuku ( وَاسْتَأْذَنْتُهُ فِي الِاسْتِغْفَارِ لَهَا )
tetapi Dia ( Allah ) tidak mengizinkannya. ( فَلَمْ يَأْذَنْ لِي )
Maka belum pernah kelihatan Rasulullah menangis lebih banyak --
daripada hari itu. ( فَمَا رُئِيَ بَاكِيًا أَكْثَرَ مِنْ يَوْمَئِذٍ )
PENJELASAN :
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: (Qs At-Taubah: 113), (Qs Al Qashash (28) : 56) diatas ;
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bermaksud memohonkan ampun kepada Allah Aza Wajalla buat ibunya, tetapi Allah Aza Wajjalla melarangnya melakukan hal tersebut. Maka Nabi Shallahu 'alaihi Wassallam berkata, Sesungguhnya Ibrahim kekasih Allah telah memohonkan ampun kepada Engkau buat ayahnya. Maka Allah Aza Wajalla menurunkan firman-Nya :
Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) ( وَمَا كَانَ اسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ )
untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena sesuatu janji ( لأبِيهِ إِلا عَنْ مَوْعِدَةٍ )
yg telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. ( وَعَدَهَا إِيَّاهُ )
Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu ( فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ )
adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri darinya. ( عَدُوٌّ لِلَّهِ تَبَرَّأَ مِنْه )
Sesungguhnya Ibrahim ( إِنَّ إِبْرَاهِيمَ )
adalah seorang yg sangat lembut hatinya lagi penyantun. ( لأوَّاهٌ حَلِيمٌ ُ )
(Qs At-Taubah: 114)
Ya Allâh, Yang membolak-balikkan hati, ( ﻳَـﺎ ﻣُـﻘَـﻠِـّﺐَ ﺍﻟْـﻘُـﻠُـﻮْﺏِ )
tetapkan hatiku di atas agama-Mu ( ﺛَـﺒّـِﺖْ ﻗَـﻠْﺒِـﻲْ ﻋَﻠَـﻰٰ ﺩِﻳْـﻨِـﻚَ )
Mudah-2an kisah diatas dapat menjadi ibrah bagi kita semua untuk lebih baik lagi Aamiin.
Wallahuta'allam
http:// Abuafka.blogspot.com
Bersambung..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar