Kajian ke 10 Lanjutan
◇Kiat Keempat Memprioritaskan Amalan yg Wajib
Hendaknya org yg berpuasa itu memprioritaskan amalan yg wajib. Karena amalan yg paling dicintai oleh Allah ta’ala adalah amalan-amalan yang wajib. Rasulullah ﷺ menjelaskan dalam suatu hadits qudsi, bahwa Allah ta’ala berfirman:
Dan tidaklah seseorang mendekatkan
diri kepada-Ku ( ﻭﻣﺎ ﺗﻘﺮﺏ ﺇﻟﻲ ﻋﺒﺪﻱ )
dg suatu amalan yg lebih Aku cintai daripada amalan2 yg Ku-wajibkan.( ﺑﺸﻲﺀ ﺃﺣﺐ ﺇﻟﻲ ﻣﻤﺎ ﺍﻓﺘﺮﺿﺖ ﻋﻠﻴﻪ )
(HR. Bukhari)
Di antara aktivitas yang paling wajib dilaksanakan pada bulan Ramadhan adalah :
Mendirikan shalat berjamaah lima waktu di masjid (bagi kaum pria), berusaha sekuat tenaga untuk tidak ketinggalan takbiratul ihram.
Telah diuraikan dalam sebuah hadits:
Barang siapa yg shalat krna Allah ( ﻣﻦ ﺻﻠﻰ ﻟﻠﻪ )
selama 40 hari dg berjama’ah ( ﺃﺭﺑﻌﻴﻦ ﻳﻮﻣﺎ ﻓﻲ ﺟﻤﺎﻋﺔ )
dan selalu mendapatkan takbiratul
ihram imam ( ﻳﺪﺭﻙ ﺍﻟﺘﻜﺒﻴﺮﺓ ﺍﻷﻭﻟﻰ )
akan dituliskan baginya 2 jaminan ( ﻛﺘﺐ ﻟﻪ ﺑﺮﺍﺀﺗﺎﻥ )
surat kebebasan’ bebas dari api neraka
dan dari nifaq. ( ﺑﺮﺍﺀﺓ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺎﺭ ﻭﺑﺮﺍﺀﺓ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﻔﺎﻕ )
(HR. Tirmidzi dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani)
Seandainya kita termasuk org2 yang amalan sunnahnya tidak banyak pada bulan puasa,
maka setidaknya kita berusaha untuk memelihara shalat lima waktu dengan baik, dikerjakan secara berjamaah di masjid, serta berusaha sesegera mungkin berangkat ke masjid sebelum tiba waktunya. Sesungguhnya menjaga amalan-amalan yang wajib di bulan Ramadhan adalah suatu bentuk ibadah dan taqarrub yang paling agung kepada Allah.
Sungguh sangat memprihatinkan, tatkala kita dapati orang yang melaksanakan shalat tarawih dengan penuh semangat, bahkan hampir-hampir tidak pernah absen, namun yang disayangkan, ternyata dia tidak menjaga shalat lima waktu dengan berjamaah. Terkadang bahkan tidur, melewatkan shalat wajib dengan dalih sebagai persiapan diri untuk shalat tarawih!!?
Ini jelas-jelas merupakan suatu kejahilan dan bentuk peremehan terhadap kewajiban! Sungguh hanya mendirikan shalat lima waktu berjamaah tanpa diiringi dengan shalat tarawih satu malam, lebih baik daripada mengerjakan shalat tarawih atau shalat malam, namun berdampak menyia-nyiakan shalat lima waktu. Bukan berarti kita memandang sebelah mata terhadap shalat tarawih, akan tetapi seharusnya seorang muslim menggabungkan kedua-duanya; memberikan perhatian khusus terhadap amalan-amalan yang wajib seperti shalat lima waktu, lalu baru melangkah menuju amalan-amalan yang sunnah seperti shalat tarawih.
◇Kiat Kelima Berusaha untuk Mendapatkan Lailatul Qadar
Setiap muslim di bulan berkah ini berusaha untuk bisa meraih lailatul qadar.
~ Dialah malam diturunkannya Al-Qur’an
Firman Allah Ta’ala
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pd malam kemuliaan ( إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ )
(QS. Al-Qadar: 1)
Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yg diberkati. ( إِنَّا أَنْزَلْناهُ فِي لَيْلَةٍ مُبارَكَةٍ )
(Qs Ad-Dukhan: 3)
~ Dialah malam turunnya para malaikat dengan membawa rahmat .
Pada malam itu turun malaikat2 dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. ( تَنزلُ الْمَلائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ )
(QS. Al-Qadar: 4)
~ Dialah malam yang berbarakah (QS.Ad-Dukhan: 3),
~ Dialah malam yang lebih utama daripada ibadah seribu bulan! (83 tahun plus 4 bulan) (QS. Al-Qadar: 3).
Barang siapa yang beribadah pada malam ini dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala dari Allah maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni oleh-Nya (HR. Bukhari dan Muslim).
Mendengar segunung keutamaan yang dimiliki malam mulia ini, seyogyanya seorang muslim memanfaatkan kesempatan emas ini untuk meraihnya.
Di malam ke berapakah lailatul qadar akan jatuh?
Malam lailatul qadar akan jatuh pada malam-malam sepuluh akhir bulan Ramadhan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan:
Carilah lailatul qadar ( ﺗﺤﺮﻭﺍ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﻘﺪﺭ )
pada sepuluh hari terakhir bulan
Ramadhan. ( ﻓﻲ ﺍﻟﻌﺸﺮ ﺍﻷﻭﺍﺧﺮ ﻣﻦ ﺭﻣﻀﺎﻥ )
(HR. Bukhari dan Muslim)
Tepatnya pada malam-malam yang ganjil di antara malam-malam yang sepuluh tersebut, sebagaimana sabda Nabi ﷺ
Carilah lailatul qadar ( ﺗﺤﺮﻭﺍ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﻘﺪﺭ )
pd malam2 ganjil dari 10 hari terakhir bulan Ramadhan. ( ﻓﻲ ﺍﻟﻮﺗﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﺸﺮ ﺍﻷﻭﺍﺧﺮ ﻣﻦ ﺭﻣﻀﺎﻥ )
(HR. Bukhari)
~ Tapi di malam manakah di antara malam-
malam yang ganjil?
~ Apakah di malam 21, malam 23, malam 25, malam 27 atau malam 29?
Pernah di suatu tahun pada zaman Nabi ﷺ
lailatul qadar jatuh pada malam 21,
sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Sa’id al-Khudri bahwa di pagi hari tanggal 21 Ramadhan tahun itu Rasulullah ﷺ bersabda:
Sesungguhnya aku diperlihatkan lailatul qadar (malam tadi). ( ﺇﻧﻲ ﺃﺭﻳﺖ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﻘﺪﺭ )
(HR.Bukhari dan Muslim)
Pernah pula di suatu tahun lailatul qadar jatuh pada malam 27. Ubai bin Ka’ab berkata:
ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺇﻧﻲ ﻷﻋﻠﻤﻬﺎ ﻭﺃﻛﺜﺮ ﻋﻠﻤﻲ ﻫﻲ ﺍﻟﻠﻴﻠﺔ ﺍﻟﺘﻲ ﺃﻣﺮﻧﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺑﻘﻴﺎﻣﻬﺎ ﻫﻲ ﻟﻴﻠﺔ ﺳﺒﻊ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ
Demi Allah aku mengetahuinya (lailatul qadar), perkiraan saya yang paling kuat dia jatuh pada malam yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk bangun malam di dalamnya, yaitu malam dua puluh tujuh.(HR. Muslim)
Pada tahun yang lain, Rasulullah ﷺ memerintahkan para sahabatnya untuk mencari lailatul qadar pada tujuh malam terakhir dari bulan Ramadhan:
Barang siapa yang ingin mencarinya
(lailatul qadar) ( ﻓﻤﻦ ﻛﺎﻥ ﻣﺘﺤﺮﻳﻬﺎ )
hendaklah ia mencarinya pd 7 malam terakhir (dari bulan Ramadhan). ( ﻓﻠﻴﺘﺤﺮﻫﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﺴﺒﻊ ﺍﻷﻭﺍﺧﺮ )
(HR. Bukhari dan Muslim)
Cara memadukan antara hadits2 tersebut di atas: dengan mengatakan bahwa lailatul qadar setiap tahunnya selalu berpindah-pindah dari satu malam yang ganjil ke malam ganjil lainnya, akan tetapi tidak keluar dari sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan (Lihat Fathul Baari karya Ibnu Hajar, dan Asy-Syarh al-Mumti’ karya Syaikh al-Utsaimin (6/493-495))
Di antara hikmah dirahasiakannya waktu lailatul qadar adalah:
1. Agar amal ibadah kita lebih banyak. Sebab dengan dirahasiakannya kapan waktu lailatul qadar, kita akan terus memperbanyak shalat, dzikir, doa dan membaca Al-Qur’an di sepanjang malam-malam sepuluh terakhir Ramadhan terutama malam yang ganjil.
2. Sebagai ujian dari Allah ta’ala, untuk mengetahui siapa di antara para hamba-Nya yang bersungguh-sungguh dalam mencari lailatul qadar dan siapa yang bermalas-malasan serta meremehkannya (Majaalisu Syahri Ramadhaan, karya Syaikh al-‘Utsaimin hal: 163)
Maka seharusnya kita berusaha maksimal pada sepuluh hari itu; menyibukkan diri dengan beramal dan beribadah di seluruh malam-malam itu agar kita bisa menggapai pahala yang agung itu. Mungkin saja ada orang yang tidak berusaha mencari lailatul qadar melainkan pada satu malam tertentu saja dalam setiap Ramadhan dengan asumsi bahwa lailatul qadar jatuh pada tanggal ini atau itu, walaupun dia berpuasa Ramadhan selama 40 tahun, barangkali dia tidak akan pernah sama sekali mendapatkan momen emas itu. Selanjutnya penyesalan saja yang ada…
Nabi ﷺ telah memberikan teladan
ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺇﺫﺍ ﺩﺧﻞ ﺍﻟﻌﺸﺮ ﺷﺪ ﻣﺌﺰﺭﻩ ﻭﺃﺣﻴﺎ ﻟﻴﻠﻪ ﻭﺃﻳﻘﻆ ﺃﻫﻠﻪ (ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﻴﻪ)
Nabi ﷺ jika memasuki 10 (terakhir Ramadhan) beliau mengencangkan ‘ikat pinggangnya’, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.
(HR. Bukhari dan Muslim)
◇ Kiat Keenam Jadikan Ramadhan Sebagai Madrasah untuk Melatih Diri Beramal Saleh, yg Terus Dibudayakan Setelah Berlalunya Bulan Suci Ini Bulan Ramadhan ibarat madrasah keimanan, di dalamnya kita belajar mendidik diri untuk rajin beribadah, dengan harapan setelah kita tamat dari madrasah itu, kebiasaan rajin beribadah akan terus membekas dalam diri kita hingga kita menghadap kepada Yang Maha Kuasa.
Allah ta’ala memerintahkan:
Dan sembahlah Rabbmu sampai ajal datang kepadamu. ( ﻭﺍﻋﺒﺪ ﺭﺑﻚ ﺣﺘﻰ ﻳﺄﺗﻴﻚ ﺍﻟﻴﻘﻴﻦ )
(QS. Al-Hijr: 99)
Tatkala al-Hasan al-Bashri membaca ayat ini beliau menjelaskan,
ﺇﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻟﻢ ﻳﺠﻌﻞ ﻟﻌﻤﻞ ﺍﻟﻤﺆﻣﻦ ﺃﺟﻼ ﺩﻭﻥ ﺍﻟﻤﻮﺕ
Sesungguhnya Allah tidak menjadikan batas akhir bagi amal seorang Mukmin melainkan ajalnya.
Maka jangan sampai amal ibadah kita turut berakhir dengan berakhirnya bulan Ramadhan.
~Kebiasaan kita untuk berpuasa
~Shalat 5 waktu berjamaah di masjid
~Shalat malam
~Memperbanyak membaca Al-Qur’an
~doa dan zikir
~Rajin menghadiri majelis taklim
~dan gemar bersedekah di bulan Ramadhan
~Mari terus kita budayakan di luar Ramadhan.
Rasulullah ﷺ merupakan orang yang paling dermawan ( ﻛﺎﻥ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﷺ ﺃﺟﻮﺩ ﺍﻟﻨﺎﺱ )
dan beliau lebih dermawan sekali di bulan Ramadhan. ( ﻭﻛﺎﻥ ﺃﺟﻮﺩ ﻣﺎ ﻳﻜﻮﻥ ﻓﻲ ﺭﻣﻀﺎﻥ )
(HR. Bukhari dan Muslim)
Ulama salaf pernah ditanya tentang sebagian orang yang rajin beribadah di bulan Ramadhan, namun jika bulan suci itu berlalu mereka pun meninggalkan ibadah-ibadah tersebut?
Dia pun menjawab:
Alangkah buruknya tingkah mereka ( ﺑﺌﺲ ﺍﻟﻘﻮﻡ ﻻ ﻳﻌﺮﻓﻮﻥ ﺍﻟﻠﻪ )
mereka tidak mengenal Allah melainkan hanya
di bulan Ramadhan! ( ﺇﻻ ﻓﻲ ﺭﻣﻀﺎﻥ )
Merupakan ciri utama diterimanya puasa kita di bulan Ramadhan dan tanda terbesar akan keberhasilan kita meraih lailatul qadar adalah: berubahnya diri kita menjadi lebih baik daripada kondisi kita sebelum Ramadhan.
ّ
Wallahu ta’ala a’lam wa shallallعahu ‘ala nabiyyina muhammadin wa ‘ala alihi wa shabihi ajma’in.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar