Bismillah
Sabtu 29 Ramadhan 1438 H
Sungguh begitu cepat Ramadhan berlalu,bulan mubarak, bulan tarbiyah, bulan amal bagi orang yg mengharapkan balasan dari Rob-Nya, Ya Allah pertemukan kami dg Ramadhan tahun yg akan datang dengan motivasi dan amal yg lebih baik, sebab kita tidak tahu apakah ini Ramadhan terakhir buat kita atau belum.
Ramadhan adalah Syahrul Syiam, syahrul qiyam, syahrul Qur'an, syahrul lailatul qadar, syahrul sodakoh, syahrul do'a, syahrul magfirah dan akan kah berbekas ke 11 bulan yang akan datang??
Muda2an Allah beri kita keberkahan dalam waktu yg singkat ini,
Begitu cepatnya waktu sampai2 Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ﻻَ ﺗَﻘُﻮﻡُ ﺍﻟﺴَّﺎﻋَﺔُ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﺘَﻘَﺎﺭَﺏَ ﺍﻟﺰَّﻣَﺎﻥُ ﻓَﺘَﻜُﻮﻥَ ﺍﻟﺴَّﻨَﺔُ ﻛَﺎﻟﺸَّﻬْﺮِ، ﻭَﻳَﻜُﻮﻥَ ﺍﻟﺸَّﻬْﺮُ ﻛَﺎﻟْﺠُﻤُﻌَﺔِ، ﻭَﺗَﻜُﻮﻥَ ﺍﻟْﺠُﻤُﻌَﺔُ ﻛَﺎﻟْﻴَﻮْﻡِ، ﻭَﻳَﻜُﻮﻥَ ﺍﻟْﻴَﻮْﻡُ ﻛَﺎﻟﺴَّﺎﻋَﺔِ، ﻭَﺗَﻜُﻮﻥَ ﺍﻟﺴَّﺎﻋَﺔُ ﻛَﺎﺣْﺘِﺮَﺍﻕِ ﺍﻟﺴَّﻌَﻔَﺔِ .
Tidak akan tiba hari Kiamat hingga zaman berdekatan, setahun bagaikan sebulan, sebulan bagaikan sepekan, sepekan bagaikan sehari, sehari bagaikan sejam dan sejam bagaikan terbakarnya pelepah pohon kurma.
Shahiihul Bukhari, kitab al-Fitan (XIII/81-82, al-Fath).
Tak terasa, sebentar lagi hari kemenangan yang ditunggu-tunggu pun akan segera tiba.Namun tidak semua manusia mendapatkan kemuliaan hidayah ini terutama 10 akhir Ramadhan agar mengikatkan tali pinggang dan mengajak keluarga beribadah.
Kebanyakan manusia diwaktu ini sibuk tawaf di mol dan pasar-pasar untuk menghabiskan uang THR katanya.
- Apa itu THR dan bagaimana sejarahnya?
- Apa status THR dalam Islam Zakat, Infak, Sedekah, Wakaf, Hibah, bonus atau Hadiah?
Al-Jawab THR adalah Singkatan dari Tunjangan Hari Raya,THR selalu menjadi bahan perbincangan bagi umat Islam menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri. THR bukan budaya lokal saja atau Tradisi-tradisi kultural di Indonesia menjelang lebaran pun turut menyemarakan namun beranah hukum, Tujuan THR untuk membantu masalah ekonomi dan kesejahteraan.
Menurut sejarahnya berawal tanggal 13 Februari 1952 oleh Kolase Soekiman Wirjosandjojo dari partai Masumi kemudian dilanjutkan sekitar tahun 1994 lewat Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor Per-04/Men/1994 Tentang Tunjangan Hari Raya Keagamaan.
PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 6 TAHUN 2016
TENTANG
TUNJANGAN HARI RAYA KEAGAMAAN
BAGI PEKERJA/ BURUH DI PERUSAHAAN
PERATURAN MENTER! KETENAGAKERJAAN TENTANG TUNJANGAN HARI RAYA KEAGAMAAN BAGI PEKERJA/BURUH DI PERUSAHAAN.
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Tunjangan Hari Raya Keagamaan yang selanjutnya disebut THR Keagamaan adalah pendapatan non upah yang wajib dibayarkan oleh Pengusaha kepada Pekerja/Buruh atau keluarganya menjelang Hari Raya Keagamaan.
2. Hari Raya Keagamaan adalah Hari Raya Idul Fitri bagi Pekerja/Buruh yang beragama Islam, Hari Raya Natal bagi Pekerja/Buruh yang beragama Kristen Katholik dan Kristen Protestan, Hari Raya Nyepi bagi Pekerja/Buruh yang beragama Hindu, Hari Raya Waisak bagi Pekerja/Buruh yang beragama Budha, dan Hari Raya Imlek bagi Pekerja/Buruh yang beragama Konghucu.
3. Pengusaha adalah:
a. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri;
b. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;
c. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
4. Pekerja/Buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.
Pasal 2
(1) Pengusaha wajib memberikan THR Keagamaan kepada Pekerja/Buruh yang telah mempunyai masa kerja 1 (satu) bulan secara terus menerus atau lebih.
(2) THR Keagamaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Pekerja/Buruh yang mempunyai hubungan kerja dengan Pengusaha berdasarkan perjanjian kerja waktu tidak tertentu atau perjanjian kerja waktu tertentu.
best-deal-WLA-analisa-beban-kerja
BAB II
BESARAN DAN TATA CARA PEMBERIAN THR KEAGAMAAN
Pasal 3
(1) Besaran THR Keagamaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) ditetapkan sebagai berikut:
a. Pekerja/Buruh yang telah mempunyai masa kerja 12 (dua belas) bulan secara terus menerus atau lebih, diberikan sebesar 1 (satu) bulan upah;
b. Pekerja/Buruh yang mempunyai masa kerja 1 (satu) bulan secara terus menerus tetapi kurang dari 12 (dua belas) bulan, diberikan secara proporsional sesuai masa kerja dengan perhitungan: (masa kerja/12) x 1 (satu) bulan upah.
(2) Upah 1 (satu) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas komponen upah:
a. upah tanpa tunjangan yang merupakan upah bersih (clean wages); atau
b. upah pokok termasuk tunjangan tetap.
(3) Bagi Pekerja/Buruh yang bekerja berdasarkan perjanjian kerja harian lepas, upah 1 (satu) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sebagai berikut:
a. Pekerja/Buruh yang telah mempunyai masa kerja 12 (dua belas) bulan atau lebih, upah 1 (satu) bulan dihitung berdasarkan rata-rata upah yang diterima dalam 12 (dua belas) bulan terakhir sebelum Harl Raya Keagamaan;
b. Pekerja/Buruh yang mempunyai masa kerja kurang dari 12 (dua belas) bulan, upah 1 (satu) bulan dihitung berdasarkan rata-rata upah yang diterima tiap bulan selama masa kerja.
Pasal 4
Apabila penetapan besaran nilai THR Keagamaan berdasarkan perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama, atau kebiasaan yang telah dilakukan lebih besar dari nilai THR Keagamaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), THR Keagamaan yang dibayarkan kepada Pekerja/Buruh sesuai dengan perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama atau kebiasaan yang telah dilakukan.
Pasal 5
(1) THR Keagamaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) diberikan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun sesuai dengan Hari Raya Keagamaan masing masing Pekerja/Buruh.
(2) Dalam hal Hari Raya Keagamaan yang sama terjadi lebih dari 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun, THR Keagamaan diberikan sesuai dengan pelaksanaan Hari Raya Keagamaan.
(3) THR Keagamaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayarkan sesuai dengan Hari Raya Keagamaan masing-masing Pekerja/Buruh, kecuali ditentukan lain sesuai dengan kesepakatan Pengusaha dan Pekerja/Buruh yang dituangkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
(4) THR Keagamaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) wajib dibayarkan oleh Pengusaha paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum Hari Raya Keagamaan.
Pasal 6
THR Keagamaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) diberikan dalam bentuk uang dengan ketentuan menggunakan mata uang rupiah Negara Republik Indonesia.
Pasal 7
(1) Pekerja/buruh yang hubungan kerjanya berdasarkan perjanjian kerja waktu tidak tertentu dan mengalami pemutusan hubungan kerja terhitung sejak 30 (tiga puluh) hari sebelum Hari Raya Keagamaan, berhak atas THR Keagamaan.
(2) THR Keagamaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk tahun berjalan pada saat terjadinya pemutusan hubungan kerja
oleh Pengusaha .
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi Pekerja/Buruh yang hubungan kerjanya berdasarkan perjanjian kerja waktu tertentu, yang berakhir sebelum Hari Raya Keagamaan.
Pasal 8
Pekerja/Buruh yang dipindahkan ke perusahaan lain dengan masa kerja berlanjut, berhak atas THR Keagamaan pada perusahaan yang baru, apabila dari perusahaan yang lama Pekerja/Buruh yang bersangkutan belum mendapatkan THR Keagamaan.
BAB III PENGAWASAN
Pasal 9
Pengawasan pelaksanaan Peraturan Menteri ini dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan.
BAB IV
DENDA DAN SANKS! ADMINISTRATIF
Pasal 10
(1) Pengusaha yang terlambat membayar THR Keagamaan kepada Pekerja/Buruh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (4) dikenai denda sebesar 5% (lima persen) dari total THR Keagamaan yang harus dibayar sejak berakhirnya batas waktu kewajiban Pengusaha untuk membayar.
(2) Pengenaan denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menghilangkan kewajiban Pengusaha untuk tetap membayar THR Keagamaan kepada Pekerja/Buruh.
(3) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikelola dan dipergunakan untuk kesejahteraan Pekerja/Buruh yang diatur dalam peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
Pasal 11
( 1) Pengusaha yang tidak membayar THR Keagamaan kepada Pekerja/Buruh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dikenai sanksi administratif.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.
BAB V KETENTUAN PENUTUP
Pasal 12
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER.04/MEN/1994 tentang Tunjangan Hari Raya Keagamaan Bagi Pekerja di Perusahaan, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 13
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 8 Maret 2016
MENTERI KETENAGAKERJAAN
REPUBLIK INDONESIA ,
ttd.
M. HANIF DHAKIRI
DIREKTUR JENDERAL PERATURANPERUNDANG -UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
WIDODO EKATJAHJANA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 375
--Bagaimana hukum Meminta dan menerima THR dalam Islam?
- Pertama
Bagi penerima THR
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan kepada orang yang diberi hadiah, agar tidak menolaknya, beliau bersabda,
Hadits yang 1 ;
ﺃَﺟِﻴﺒُﻮﺍ ﺍﻟﺪَّﺍﻋِﻲَ، ﻭَﻟَﺎ ﺗَﺮُﺩُّﻭﺍ ﺍﻟْﻬَﺪِﻳَّﺔَ
Hadirilah undangan dan jangan tolak hadiah! (HR. Ahmad 3838, Ibnu Hibban 5603 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).
Hadits ke 2
Aisyah radhiallahu ‘anha juga meriwayatkan,
ﻛَﺎﻥَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻳَﻘْﺒَﻞُ ﺍﻟﻬَﺪِﻳَّﺔَ ﻭَﻳُﺜِﻴﺐُ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ
Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menerima hadiah dan membalas hadiah. (HR. Bukhari 2585).
Tujuan disyariatkannya untuk saling memberi hadiah, agar terwujud rasa kasih sayang dan saling mencintai diantara kita.
Hadits ke 3
Beliau bersabda,
ﺗﻬﺎﺩﻭﺍ ﺗﺤﺎﺑﻮﺍ
Saling memberikan hadiah, niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR. Bukhari dalam kitab Adabul Mufrad. Dihasankan al-Albani).
Menurut Hàdits diatas menerima THR dimubahkan dalam Islam dan hukum positif diNegara Indonesia.
- Bagi peminta THR
Dijelaskan dengan banyak hadis bahwa menerima hadiah diperbolekan namun ada cataatn kecil bahwasanya bila meminta atau memberi hadiah karena salah niat(dunia) maka terkena hadits2 umum dibawah ini,sebab asal meminta2 untuk kepentingan peribadi adalah terlarang kecuali 3 orang.
-Hadits 1
ﻫَﺪَﺍﻳَﺎ ﺍﻟْﻌُﻤَّﺎﻝِ ﻏُﻠُﻮﻝٌ
“Hadiah untuk para pegawai adalah ghulul.” (HR. Ahmad 23601, al-Baihaqi dalam as-Shugra 3266 dengan status hasan).
- Hadits ke 2
ﻳَﺎ ﻗَﺒِﻴﺼَﺔُ ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﻤَﺴْﺄَﻟَﺔَ ﻟَﺎ ﺗَﺤِﻞُّ ﺇِﻟَّﺎ ﻟِﺄَﺣَﺪِ ﺛَﻠَﺎﺛَﺔٍ ﺭَﺟُﻞٍ، ﺗَﺤَﻤَّﻞَ ﺣَﻤَﺎﻟَﺔً، ﻓَﺤَﻠَّﺖْ ﻟَﻪُ ﺍﻟْﻤَﺴْﺄَﻟَﺔُ ﺣَﺘَّﻰ ﻳُﺼِﻴﺒَﻬَﺎ، ﺛُﻢَّ ﻳُﻤْﺴِﻚُ، ﻭَﺭَﺟُﻞٌ ﺃَﺻَﺎﺑَﺘْﻪُ ﺟَﺎﺋِﺤَﺔٌ ﺍﺟْﺘَﺎﺣَﺖْ ﻣَﺎﻟَﻪُ، ﻓَﺤَﻠَّﺖْ ﻟَﻪُ ﺍﻟْﻤَﺴْﺄَﻟَﺔُ ﺣَﺘَّﻰ ﻳُﺼِﻴﺐَ ﻗِﻮَﺍﻣًﺎ ﻣِﻦْ ﻋَﻴْﺶٍ - ﺃَﻭْ ﻗَﺎﻝَ ﺳِﺪَﺍﺩًﺍ ﻣِﻦْ ﻋَﻴْﺶٍ - ﻭَﺭَﺟُﻞٌ ﺃَﺻَﺎﺑَﺘْﻪُ ﻓَﺎﻗَﺔٌ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﻘُﻮﻡَ ﺛَﻠَﺎﺛَﺔٌ ﻣِﻦْ ﺫَﻭِﻱ ﺍﻟْﺤِﺠَﺎ ﻣِﻦْ ﻗَﻮْﻣِﻪِ : ﻟَﻘَﺪْ ﺃَﺻَﺎﺑَﺖْ ﻓُﻠَﺎﻧًﺎ ﻓَﺎﻗَﺔٌ، ﻓَﺤَﻠَّﺖْ ﻟَﻪُ ﺍﻟْﻤَﺴْﺄَﻟَﺔُ ﺣَﺘَّﻰ ﻳُﺼِﻴﺐَ ﻗِﻮَﺍﻣًﺎ ﻣِﻦْ ﻋَﻴْﺶٍ - ﺃَﻭْ ﻗَﺎﻝَ ﺳِﺪَﺍﺩًﺍ ﻣِﻦْ ﻋَﻴْﺶٍ - ﻓَﻤَﺎ ﺳِﻮَﺍﻫُﻦَّ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤَﺴْﺄَﻟَﺔِ ﻳَﺎ ﻗَﺒِﻴﺼَﺔُ ﺳُﺤْﺘًﺎ ﻳَﺄْﻛُﻠُﻬَﺎ ﺻَﺎﺣِﺒُﻬَﺎ ﺳُﺤْﺘًﺎ . ﺃﺧﺮﺟﻪ ﻣﺴﻠﻢ 1044
“Wahai Qabiishah! Sesungguhnya meminta-minta itu tidak halal, kecuali bagi salah satu dari tiga orang: (1) seseorang yang menanggung beban(seperti hutang orang lain.pent), ia boleh meminta-minta sampai ia melunasinya, kemudian berhenti, (2) seseorang yang ditimpa musibah yang menghabiskan hartanya, ia boleh meminta-minta sampai ia mendapatkan sandaran hidup, dan (3) seseorang yang ditimpa kesengsaraan hidup sehingga ada tiga orang yang berakal dari kaumnya mengatakan, ‘Si fulan telah ditimpa kesengsaraan hidup,’ ia boleh meminta-minta sampai mendapatkan sandaran hidup. Meminta-minta selain untuk ketiga hal itu, wahai Qabishah! Adalah haram, dan orang yang memakannya adalah memakan yang haram.
- Hadits ke 3
ﻳَﺎ ﻗَﺒِﻴﺼَﺔُ ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﻤَﺴْﺄَﻟَﺔَ ﻟَﺎ ﺗَﺤِﻞُّ ﺇِﻟَّﺎ ﻟِﺄَﺣَﺪِ ﺛَﻠَﺎﺛَﺔٍ ﺭَﺟُﻞٍ، ﺗَﺤَﻤَّﻞَ ﺣَﻤَﺎﻟَﺔً، ﻓَﺤَﻠَّﺖْ ﻟَﻪُ ﺍﻟْﻤَﺴْﺄَﻟَﺔُ ﺣَﺘَّﻰ ﻳُﺼِﻴﺒَﻬَﺎ، ﺛُﻢَّ ﻳُﻤْﺴِﻚُ،
ﻭَﺭَﺟُﻞٌ ﺃَﺻَﺎﺑَﺘْﻪُ ﺟَﺎﺋِﺤَﺔٌ ﺍﺟْﺘَﺎﺣَﺖْ ﻣَﺎﻟَﻪُ، ﻓَﺤَﻠَّﺖْ ﻟَﻪُ ﺍﻟْﻤَﺴْﺄَﻟَﺔُ ﺣَﺘَّﻰ ﻳُﺼِﻴﺐَ ﻗِﻮَﺍﻣًﺎ ﻣِﻦْ ﻋَﻴْﺶٍ - ﺃَﻭْ ﻗَﺎﻝَ ﺳِﺪَﺍﺩًﺍ ﻣِﻦْ ﻋَﻴْﺶٍ - ﻭَﺭَﺟُﻞٌ ﺃَﺻَﺎﺑَﺘْﻪُ ﻓَﺎﻗَﺔٌ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﻘُﻮﻡَ ﺛَﻠَﺎﺛَﺔٌ ﻣِﻦْ ﺫَﻭِﻱ ﺍﻟْﺤِﺠَﺎ ﻣِﻦْ ﻗَﻮْﻣِﻪِ : ﻟَﻘَﺪْ ﺃَﺻَﺎﺑَﺖْ ﻓُﻠَﺎﻧًﺎ ﻓَﺎﻗَﺔٌ، ﻓَﺤَﻠَّﺖْ ﻟَﻪُ ﺍﻟْﻤَﺴْﺄَﻟَﺔُ ﺣَﺘَّﻰ ﻳُﺼِﻴﺐَ ﻗِﻮَﺍﻣًﺎ ﻣِﻦْ ﻋَﻴْﺶٍ - ﺃَﻭْ ﻗَﺎﻝَ ﺳِﺪَﺍﺩًﺍ ﻣِﻦْ ﻋَﻴْﺶٍ - ﻓَﻤَﺎ ﺳِﻮَﺍﻫُﻦَّ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤَﺴْﺄَﻟَﺔِ ﻳَﺎ ﻗَﺒِﻴﺼَﺔُ ﺳُﺤْﺘًﺎ ﻳَﺄْﻛُﻠُﻬَﺎ ﺻَﺎﺣِﺒُﻬَﺎ ﺳُﺤْﺘًﺎ . ﺃﺧﺮﺟﻪ ﻣﺴﻠﻢ 1044
“Wahai Qabiishah! Sesungguhnya meminta-minta itu tidak halal, kecuali bagi salah satu dari tiga orang: (1) seseorang yang menanggung beban(seperti hutang orang lain.pent), ia boleh meminta-minta sampai ia melunasinya, kemudian berhenti, (2) seseorang yang ditimpa musibah yang menghabiskan hartanya, ia boleh meminta-minta sampai ia mendapatkan sandaran hidup, dan (3) seseorang yang ditimpa kesengsaraan hidup sehingga ada tiga orang yang berakal dari kaumnya mengatakan, ‘Si fulan telah ditimpa kesengsaraan hidup,’ ia boleh meminta-minta sampai mendapatkan sandaran hidup. Meminta-minta selain untuk ketiga hal itu, wahai Qabishah! Adalah haram, dan orang yang memakannya adalah memakan yang haram”.
Dan sungguh perbuatan meminta sumbangan dll yang bukan didorong oleh kebutuhan mendesak adalah perbuatan yang tercela.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
- Hadits ke 4
ﻣَﻦْ ﺳَﺄَﻝَ ﻣِﻦْ ﻏَﻴْﺮِ ﻓَﻘْﺮٍ، ﻓَﻜَﺄَﻧَّﻤَﺎ ﻳَﺄْﻛُﻞُ ﺍﻟْﺠَﻤْﺮَ . ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺃﺣﻤﺪ ﺭﻗﻢ .17508 ﻗﺎﻝ ﻋﻨﻪ ﺍﻷﻟﺒﺎﻧﻲ ﺻﺤﻴﺢ ﻟﻐﻴﺮﻩ , ﺍﻧﻈﺮ ﺻﺤﻴﺢ ﺍﻟﺘﺮﻏﻴﺐ ﻭﺍﻟﺘﺮﻫﻴﺐ 1/196
barang siapa meminta-minta tanpa bukan karena kebutuhan (pokok.pent) maka dai seperti memakan bara api.
-Berdasarkan keterangan diatas sudah jelas THR didalam Islam disebut hadiah.
WAllahu a’lam
Naufail Afka Al-Harakan
ttp://Abuafka.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar