Selasa, 27 Juni 2017

THR DARI ALLAH UNTUK ANDA

Bismillah

SIAPA YANG MAU THR DARI ALLAH?

Dalil Puasa enam hari di bulan Syawwal

عَنْ اَبِى اَيُّوْبَ اْلاَنْصَارِيّ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: مَنْ صَامَ رَمَضَانَ  ثُمَّ  اَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ، كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ. مسلم 2: 822

Dari Abu Ayyub Al-Anshariy, bahwasanya Rasulullah Shallahu  'alahi Wasallam bersabda, "Barangsiapa puasa Ramadlan lalu ia iringi dengan puasa enam hari dari Syawwal, adalah (pahalanya) itu seperti puasa setahun". [HSR. Muslim juz 2, hal. 822]

عَنْ ثَوْبَانَ مَوْلَى رَسُوْلِ اللهِ ص عَنْ رَسُوْلِ اللهِ ص اَنَّهُ قَالَ: مَنْ صَامَ سِتَّةَ اَيَّامٍ بَعْدَ اْلفِطْرِ كَانَ تَمَامَ السَّنَةِ مَنْ جَاءَ بِاْلحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ اَمْثَالِهَا. ابن ماجه 1: 547

Dari Tsauban bekas budak Rasulullah Shallahu  'alahi Wasallam dari Rasulullah , Shallahu  'alahi Wasallam bersabda, "Barangsiapa puasa enam hari sesudah Hari Raya 'Iedul Fithri, adalah (serupa) sempurna setahun, (karena) barangsiapa mengerjakan kebaikan, maka ia mendapat pahala sepuluh kali ganda". [HR. Ibnu Majah juz 1, hal. 547]

عَنْ ثَوْبَانَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: صِيَامُ شَهْرٍ بِعَشْرَةِ اَشْهُرٍ وَ سِتَّةِ اَيَّامٍ بَعْدَهُنَّ بِشَهْرَيْنِ فَذلِكَ تَمَامُ سَنَةٍ يَعْنِى شَهْرَ رَمَضَانَ وَ سِتَّةَ اَيَّامٍ بَعْدَهُ. الدارمى 2: 21

Dari Tsauban bahwasanya Rasulullah Shallahu  'alahi Wasallam bersabda, “Puasa sebulan (Ramadlan) pahalanya sama dengan sepuluh bulan, dan enam hari sesudahnya pahalanya sama dengan dua bulan. Maka yang demikian itu (pahalanya) sama dengan puasa setahun penuh. Yakni bulan Ramadlan dan enam hari sesudahnya (Syawwal). [HR. Darimiy juz 2 hal. 21].

Telah terjadi subhat ditengah-tengah kaum muslimin dalam pengamalan puasa 1 sawal diantaranya berpuasa langsung setelah satu sawal secara berurut-urut dan mengadakan acara leberan setelahnya yang disebut oleh masyarakat lebaran ketupat yang semuanya ini tidak pernah diajarkan oleh manusia terbaik Nabi Muhammad Shallahu 'alahi Wasallam, tidak juga sahabat-sahabat Nabi Muhammad Shallahu 'alahi Wasallam, tidak juga tabi'n, tabi'at-tabi'in sampai Imam yang ke 4.

Yang haq adalah Hari pelaksanaannya tidak tertentu yang terpenting masih dalam bulan Syawwal. Seorang mu`min seyokyanya boleh memilih kapan saja mau melakukannya, (baik) di awal bulan, pertengahan bulan atau di akhir bulan. Jika mau, (boleh) melakukannya secara terpisah atau beriringan. Jadi, perkara ini fleksibel, alhamdulillah. Jika menyegerakan dan melakukannya secara berurutan di AWAL BULAN, maka itu afdhal. Sebab menunjukkan bersegera melakukan kebaikan.

Para ulama menganjurkan (istihbab) pelaksanaan puasa enam hari dikerjakan setelah langsung hari ‘Idhul Fitri. Tujuannya, sebagai cerminan menyegerakan dalam melaksanakan kebaikan. Ini untuk menunjukkan bukti kecintaan kepada Allah, sebagai bukti tidak ada kebosanan beribadah (berpuasa) pada dirinya, untuk menghindari faktor-faktor yang bisa menghalanginya berpuasa, jika ditunda-tunda dmaka biasanya tidak dapat mengamalkannya disebabkan telah dihadapkan dengan kesibukan dunia yang melalaikan.

Mudah-mudahan Allah memudahkan kita dalam beramal soleh Aamiin

ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺇﻧﻲ ﺃﺳﺄﻟﻚ ﻓﻌﻞ ﺍﻟﺨﻴﺮﺍﺕ، ﻭﺗﺮﻙ ﺍﻟﻤﻨﻜﺮﺍﺕ، ﻭﺣﺐ ﺍﻟﻤﺴﺎﻛﻴﻦ، ﻭﺃﻧﺘﻐﻔﺮﻟﻲ، ﻭﺗﺮﺣﻤﻨﻲ، ﻭﺃﺫﺍ ﺃﺭﺩﺕ ﻓﺘﻨﺔﻗﻮﻡ، ﻓﺘﻮﻓﻨﻲ ﻏﻴﺮﻣﻔﺘﻮﻥ، ﻭﺃﺳﺄﻟﻚ ﺣﺒﻚ، ﻭﺣﺐ ﻣﻦ ﻳﺤﺒﻚ، ﻭﺣﺐ ﻋﻤﻞ ﻳﻘﺮﺑﻨﻲ ﺇﻟﻰ ﺣﺒﻚ .

Allähumma innï as aluka fi’lal khairät, wa tarkal munkarät, wa hubbal masäkïn, wa antaghfiralï, wa tarhamanï, wa idzä aradta fitnata qaüm, fatawaffanï ghaira maftün, wa as aluka hubbak, wa hubba man yuhibbuk, wa hubba ‘amalin yuqarribunï ilä hubbik.

ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu agar dapat melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, meninggalkan semua perbuatan yang munkar, mencintai orang-orang miskin, dan agar Engkau mengampuni dan menyayangiku. Dan jika Engkau hendak menimpakan suatu fitnah (malapetaka) bagi suatu kaum, maka wafatkanlah aku dalam keadaan tidak terkena fitnah itu. Dan aku memohon kepada-MU rasa cinta kepada-Mu dan cinta kepada orang-orang yang mencntai-Mu, juga cinta kepada amal perbuatan yang akan mendekatkan diriku untuk mencintai-Mu.

HR. Ahmad V/243, At Tirmidzi no. 3235, Al Hakim I/521, dihasankan oleh At Tirmidzi.At Tirmdizi berkata, “Aku pernah bertanya kepada Muhammad bin Isma’il, -yakni al Bukhari- maka dia menjawab, ‘Hadits ini hasan shahih.’ ”
Di akhir hadits, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya ia (doa tersebut) merupakan hal yang benar, maka pelajari (hafalkan) dan perdalamlah.”

Wallahuta'allam

http:// Abuafka.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar