4 Metode salaf dalam menuntut ilmu.
Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Semoga Allah memberikan nudlrah (cahaya di wajah) kepada orang yang mendengarkan sabdaku lalu ia memahaminya, menghafalnya dan menyampaikannya,
نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مَقَالَتِي فَوَعَاهَا وَحَفِظَهَا وَبَلَّغَهَا
berapa banyak orang yang membawa fiqih kepada orang yang lebih faqih darinya, ada tiga perkara yang tidak akan dengki hati muslim dengannya: mengikhlaskan amal karena Allah, menasehati pemimpin kaum muslimin dan berpegang kepada jama’ah mereka karena do’a mereka meliputi dari belakang mereka.
فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ ثَلَاثٌ لَا يُغِلُّ عَلَيْهِنَّ قَلْبُ مُسْلِمٍ إِخْلَاصُ الْعَمَلِ لِلَّهِ وَمُنَاصَحَةُ أَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَلُزُومُ جَمَاعَتِهِمْ فَإِنَّ الدَّعْوَةَ تُحِيطُ مِنْ وَرَائِهِمْ
(Hadits Shahih. Dikeluarkan oleh At Tirmidzi no 2658.)
Syarah ringkas hadits
Imam Ibnu Hajar membawakan ucapan para ulama dalam menerangkan makna hadits ini,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat perumpamaan bagi agama yang beliau bawa (dari Allah Ta’ala) seperti air hujan (yang baik) yang merata dan turun ketika manusia (sangat) membutuhkannya, seperti itu jugalah keadaan manusia sebelum diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sebagaimana air hujan tersebut memberi kehidupan (baru) bagi negeri/tanah yang mati (kering dan tandus), demikian pula ilmu agama akan memberi kehidupan bagi hati yang mati…
(Fathul Baari (1/177).
Faidahnya.
kecerahan pada wajah bagi orang yang mendengarkan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian memahami, menghafal dan menyampaikannya (kepada orang lain), ini adalah pengaruh kemanisan (iman), dan kesenangan serta kebahagiaan (yang dirasakannya) di dalam hati
(Ibnul Qayyim dlm Kitab Miftahu daaris sa’aadah)
Tahapan-tahapan ilmu tersebut adalah:
Pertama.
Mendengarkan/menyimak ilmu dari sumbernya, sumber ilmu yang utama adalah al-Qur’an dan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan termasuk dalam hal ini membaca dan menelaah kitab-kitab ilmu agama yang bersumber dari wahyu Allah Ta’ala tersebut.
Kedua.
Berusaha memahami dan meresapi kandungan maknanya, agar ilmu itu benar-benar menetap dalam hati dan tidak hilang.
Tiga.
Berusaha menjaga dan menghafalnya, agar tidak dilupakan.
Keempat.
Menyebarkan dan menyampaikannya kepada umat, supaya kebaikan dan petunjuk Allah Ta’ala tersebar dan diamalkan dalam kehidupan manusia, karena ilmu agama itu ibaratnya seperti perbendaharaan harta yang terpendam dalam tanah, kalau tidak segera dikeluarkan maka harta itu terancam akan musnah.
(keterangan Ibnul Qayyim dalam kitab Miftahu daaris sa’aadah” (1/71-72).
Wallahu'allam.
Referensi:
https://almanhaj.or.id
https://muslim.or.id
Http//Abuafka.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar