EMPAT PENYEBAB PENYELEWENGAN FITHRAH BANI ADAM
Bismillah
16 Sawal 1438 H
Pada dasarnya seluruh manusia dimuka bumi ini diciptakan oleh Allah Azza Wa Jalla dalam keadaan ( ﻓﻄﺮﺓ ) fitrah dan diperintah hanya menyembah-Nya.Karena seiring berjalannya waktu dan banyak faktor yang menyebabkan manusia menyimpang dari jalan yang hanif.
Allah Azza wa Jalla berfirman manusia diciptkan untuk mengetahui tentang Allah dan hanya untuk beribadah kepada Allah semata,
ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺧَﻠَﻖَ ﺳَﺒْﻊَ ﺳَﻤَﺎﻭَﺍﺕٍ ﻭَﻣِﻦَ ﺍﻷﺭْﺽِ ﻣِﺜْﻠَﻬُﻦَّ ﻳَﺘَﻨَﺰَّﻝُ ﺍﻷﻣْﺮُ ﺑَﻴْﻨَﻬُﻦَّ ﻟِﺘَﻌْﻠَﻤُﻮﺍ ﺃَﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻗَﺪِﻳﺮٌ ﻭَﺃَﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻗَﺪْ ﺃَﺣَﺎﻁَ ﺑِﻜُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻋِﻠْﻤًﺎ
Allah lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu . (QS. Ath Thalaq: 12).
Allah Ta’ala berfirman
ﻭَﻣَﺎ ﺧَﻠَﻘْﺖُ ﺍﻟْﺠِﻦَّ ﻭَﺍﻹﻧْﺲَ ﺇِﻻ ﻟِﻴَﻌْﺒُﺪُﻭﻥِ
Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (QS. Adz Dzariyat: 56).
Semua itu Allah ciptaan bukan untk main-main,Allah Ta’ala berfirman,
ﺃَﻓَﺤَﺴِﺒْﺘُﻢْ ﺃَﻧَّﻤَﺎ ﺧَﻠَﻘْﻨَﺎﻛُﻢْ ﻋَﺒَﺜﺎً ﻭَﺃَﻧَّﻜُﻢْ ﺇِﻟَﻴْﻨَﺎ ﻟَﺎ ﺗُﺮْﺟَﻌُﻮﻥَ
Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? (QS. Al Mukminun:115).
Maka wajib diilmui oleh manusia bahwa kita semua diciptakan oleh Allah Azza wa Jalla dikaruniai dengan ﻓﻄﺮﺓ .Suatu bukti ﻓﻄﺮﺓ tersebut adalah menjadi hamba Allah, maka ﻓﻄﺮﺓ yang dimaksud adalah dinul Islam.
Allah Azza wa Jalla berfirman ;
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allâh); (tetaplah atas) ﻓﻄﺮﺓ Allah yang telah menciptakan manusia menurut ﻓﻄﺮﺓ itu. Tidak ada perubahan pada ﻓﻄﺮﺓ Allâh [Qs Ar-Rûm/30:30].
Faidah ayat diatas secara etimologis, asal kata ﻓﻄﺮﺓ berasal dari bahasa Arab, yaitu fitrah ( ﻓﻄﺮﺓ ) jamaknya fithar ( ﻓﻄﺮ), yang suka diartikan perangai, tabiat, kejadian, asli, agama, ciptaan.
Menurut al-Qur’an, tabiat manusia adalah homo religious (makhluk beragama) yang sejak lahirnya membawa suatu kecenderungan beragama. Maka dari itu didalam al-Qur'an kata ﻓﻄﺮﺓ disebutkan sebanyak 20 kali, terdapat dalam 17 surat dan dalam 19 ayat sebagai rincianya ;
1 Qs Al-An’am :79
2 Qs Al-Rum : 30
3 Qs Hud:51
4 Qs Yasin:22
5 Qs Zukhruf:27
6 Qs Thaha:72
7 Qs Al-Isra’ :51
8 Qs Al-Anbiya’:56
9 Qs Maryam:90
10 Qs Asy-Syuura:5
11 Qs Al-Infithar:1
12 Qs Asy-Syuura:11
13 Qs Al-An’am:14
14 Qs Ibrahim:10
15 Qs Fathir:1
16 Qs Yusuf:101
17 Qs Al-Zumar:46
18 Qs Al-Rum:30
19 Qs Al-Mulk:3
20 Qs Al-Muzammil:18
KalamAllah diatas ditafsirkan oleh Nabi Muhammad Shallahu 'alaihi wa Sallam dengan hadits shahih, beliau bersabda;
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ، أَوْ يُنَصِّرَانِهِ، أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
Setiap anak dilahirkan diatas ﻓﻄﺮﺓ , maka bapaknya yang menjadikan agamanya yahudi atau nasrani atau majusi
[HR. Al-Bukhâri, no. 1319, (1/465)]
Para ulama menjelaskan diantaranya,
Imam Nawawi rahimahullah berkata yang paling benar artinya adalah setiap anak yang dilahirkan mempunyai kesiapan untuk (menerima) Islam.[ Syarah Sahîh Muslim, 16/208]
Ibnu Qayyim rahimahullah mengatakan, Inilah yang dikenal dikalangan umumnya Ulama ahli tafsir dari kalangan salaf. Mereka sepakat dalam menafsirkan firman Allah Azza wa Jalla , (ﻓﻄﺮﺓ) Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu dengan fitrah Allâh itu adalah agama Allâh Islam.
Dari awal Allah ciptakan(Nabi Adam 'Alaihi Sallam) sampai Nabi akhir zaman (Nabi Muhammad Shallahi 'alaihi Wassallam) dalam kurun waktu tersebut Allah utus Nabi dan Rosul untuk menjelaskan kepada umat manusia jalan yang hanif namun di dalam perjalanan hidup ada manusia yang menyimpang dari ﻓﻄﺮﺓ fitrahnya sehingga hatinya keras. Mereka meninggalkan agama Allah Azza wa Jalla . Mereka tidak mau mengikuti perintah Allah dan menolak untuk beribadah dan tunduk kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala .
Allah Azza wa Jalla berfirman:
ﺃَﻟَﻢْ ﻳَﺄْﻥِ ﻟِﻠَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﺃَﻥْ ﺗَﺨْﺸَﻊَ ﻗُﻠُﻮﺑُﻬُﻢْ ﻟِﺬِﻛْﺮِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﻣَﺎ ﻧَﺰَﻝَ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺤَﻖِّ ﻭَﻟَﺎ ﻳَﻜُﻮﻧُﻮﺍ ﻛَﺎﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺃُﻭﺗُﻮﺍ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏَ ﻣِﻦْ ﻗَﺒْﻞُ ﻓَﻄَﺎﻝَ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢُ ﺍﻟْﺄَﻣَﺪُ ﻓَﻘَﺴَﺖْ ﻗُﻠُﻮﺑُﻬُﻢْ ۖ ﻭَﻛَﺜِﻴﺮٌ ﻣِﻨْﻬُﻢْ ﻓَﺎﺳِﻘُﻮﻥَ
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. [Qs Al-Hadid/57:16]
Faidah ayat ;
<>Peringatan dari ghaflah (lalai) dan melupakan dzikrullah.
<>Peringatan dari lalai dan melupakan kenikmatan dan siksa yang ada di sisi Allah Azza wa Jalla .
<>Kewajiban mengingatkan kaum Mukminin dengan nasehat, pengarahan dan pengajaran agar jangan sampai hati mereka menjadi keras sehingga mereka akan berbuat berbagai macam perbuatan fasik sebagaimana dilakukan oleh Ahli Kitab, dan menjadi kafir sebagaimana kaum Ahli Kitab sudah kafir.
<>Hati harus diingatkan dan dinasehati agar tidak lalai dan jauh dari kebenaran.
<>Manfaat mau’izhah hasanah (mengingatkan dengan cara yang baik) bagi hati manusia.
<>Ajakan untuk mengkondisikan hati yang khusyu’ kepada Allah Azza wa Jalla , kitab suci dan hikmah yang diturunkan-Nya.
<>Hendaknya kaum Mukminin mengingat-ingat nasehat-nasehat ilahi dan hukum-ukum syariat setiap saat dan mengintrospeksi diri atas hal tersebut.
Fitrah ﻓﻄﺮﺓ yang hanif selalu dimusuhi oleh beberapa faktor yang mendorongnya, diantaranya yang harus kita ketahui dan musuhi abadan;
▪▪1▪▪ Iblis dan Para Bala Tentaranya◆◆
Telah diilhamkan oleh Allah bahwa iblis dan antek-anteknya memiliki peran antogonis dalam kehidupan ini disebabkan kesombongannya,
Allah berfirman;
َﻫَﺪَﻳْﻨَﺎﻩُ ﺍﻟﻨَّﺠْﺪَﻳْﻦِ - ١٠ -
Dan Kami telah Menunjukkan kepadanya dua jalan (kebajikan dan kejahatan).
(Qs Al-Balad 10).
ﻓَﺴَﺠَﺪَ ﺍﻟْﻤَﻶﺋِﻜَﺔُ ﻛُﻠُّﻬُﻢْ ﺃَﺟْﻤَﻌُﻮﻥَ - ٣٠ - ﺇِﻻَّ ﺇِﺑْﻠِﻴﺲَ ﺃَﺑَﻰ ﺃَﻥ ﻳَﻜُﻮﻥَ ﻣَﻊَ ﺍﻟﺴَّﺎﺟِﺪِﻳﻦَ - ٣١ -
Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama, kecuali Iblis. Ia enggan ikut bersama-sama para (malaikat) yang sujud itu.
(Qs Al-Hijr 30-31)
ﻗَﺎﻝَ ﻣَﺎ ﻣَﻨَﻌَﻚَ ﺃَﻻَّ ﺗَﺴْﺠُﺪَ ﺇِﺫْ ﺃَﻣَﺮْﺗُﻚَ - ١٢ -
(Allah) Berfirman, Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud (kepada Adam) ketika Aku Menyuruhmu? (Iblis) menjawab, Aku lebih baik daripada dia. Engkau Ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau Ciptakan dari tanah.
(Qs Al-A’raf 12)
Tugas utama meraka adalah mengajak manusia melenceng dari fitrahnya yang hanif sehingga dapat digiring masuk kedalam api neraka,Setan adalah musuh utama manusia.
Allah berfirman;
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥَ ﻟِﻺِﻧﺴَﺎﻥِ ﻋَﺪُﻭٌّ ﻣُّﺒِﻴﻦٌ - ٥ -
Sungguh, setan itu musuh yang jelas bagi manusia.
(Qs Yusuf 5)
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥَ ﻛَﺎﻥَ ﻟِﻺِﻧْﺴَﺎﻥِ ﻋَﺪُﻭّﺍً ﻣُّﺒِﻴﻨﺎً - ٥٣ -
Sungguh, setan adalah musuh yang nyata bagi manusia.
(Qs Al-Isra’ 53)
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥَ ﻟَﻜُﻢْ ﻋَﺪُﻭٌّ ﻓَﺎﺗَّﺨِﺬُﻭﻩُ ﻋَﺪُﻭّﺍً - ٦ -
Sungguh, setan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh.
(Qs Fathir 6)
ﺃَﻟَﻢْ ﺃَﻋْﻬَﺪْ ﺇِﻟَﻴْﻜُﻢْ ﻳَﺎ ﺑَﻨِﻲ ﺁﺩَﻡَ ﺃَﻥ ﻟَّﺎ ﺗَﻌْﺒُﺪُﻭﺍ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥَ ﺇِﻧَّﻪُ ﻟَﻜُﻢْ ﻋَﺪُﻭٌّ ﻣُّﺒِﻴﻦٌ - ٦٠ -
Bukankah Aku telah Memerintahkan kepadamu wahai anak cucu Adam agar kamu tidak menyembah setan? Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kamu”
(Qs Yasin 60)
Beginilah cara Iblis dan bala tentaranya dengan halus dan bertahapan dalam menghembuskan kejahatan,tipuan kepada manusia agar melenceng dari ﻓﻄﺮﺓ yang hanif;
<>Setan mengajak manusia melakukan perbuatan kufur dan syirik, menentang Allah dan RasulNya.
<>Setan mengajak manusia untuk mengamalkan perbuatan bid’ah dalam agama, baik bid’ah dalam masalah aqidah maupun amal perbuatan.
<>Setan mengajak berbuat dosa besar dengan berbagai macam variasinya.
<>Setan mengajak melakukan dosa-dosa kecil, sebagai gerbang memasuki dosa-dosa besar.
<> Setan menyibukkan manusia dengan perkara-perkara mubah yang tidak mendatangkan pahala, dan juga tidak mengakibatkan dosa.Ex ;menyia-nyiakan waktu dan usia, tidak memanfaatkankanya dengan kebaikan dan perbuatan shalih. mengalihkan perhatian manusia dari amalan-amalan yang lebih baik kepada amalan yang kurang faidah.
Dijelaskan dalam hadits ‘Iyadh bin Himar Radhiyallahu anhu, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata dalam hadits Qudsi, bahwa Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَإِنِّي خَلَقْتُ عِبَادِي حُنَفَاءَ كُلَّهُمْ، وَإِنَّهُمْ أَتَتْهُمُ الشَّيَاطِينُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِينِهِمْ، وَحَرَّمَتْ عَلَيْهِمْ مَا أَحْلَلْتُ لَهُمْ، وَأَمَرَتْهُمْ أَنْ يُشْرِكُوا بِي مَا لَمْ أُنْزِلْ بِهِ سُلْطَانًا
Sesungguhnya Aku telah ciptakan para hamba-Ku dalam keadaan hanif (lurus dan cenderung pada kebenaran) dan sungguhnya mereka didatangi syaitan lalu menyeret mereka dari agamanya dan mengharamkan atas mereka yang Aku halalkan buat mereka dan memerintahkan mereka untuk menyekutukan-Ku dengan sesuatu yang tidak ada dasarnya dari-Ku. [HR. Muslim, no.2865]
Syaitan berusaha menjadikan manusia bergantung kepada selain Allah Azza wa Jalla sehingga memalingkan dan menyimpangkan ﻓﻄﺮﺓ fitrahnya. Berbuat kesyirikan merupakan ibadah kepada syaitan sebagaimana dijelaskan nabi Ibrahim Alaihissallam dalam pernyataan beliau:
يَا أَبَتِ لَا تَعْبُدِ الشَّيْطَانَ ۖ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلرَّحْمَٰنِ عَصِيًّا
Wahai bapakku! Janganlah kamu meyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada Yang Maha Pemurah. [Qs Maryam/19:44]
Didalam Tafsir beliau Imam Ibnu Katsir rahimahullah menyatakan bahwa pengertiannya adalah jangan taati syaitan dalam penyembehan berhala, sebab syaitanlah yang mengajak dan meridhainya.Sebagaimana berfirman sebelumnya telah kami tampilkan diatas pada Qs Yasin:60
Iblis juga berjanji akan merubah ﻓﻄﺮﺓ manusia agar menjadi kufur, sebagaimana disampaikan Allah Azza wa Jalla dalam firman-Nya:
إِنْ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ إِلَّا إِنَاثًا وَإِنْ يَدْعُونَ إِلَّا شَيْطَانًا مَرِيدًا ﴿١١٧﴾ لَعَنَهُ اللَّهُ ۘ وَقَالَ لَأَتَّخِذَنَّ مِنْ عِبَادِكَ نَصِيبًا مَفْرُوضًا ﴿١١٨﴾ وَلَأُضِلَّنَّهُمْ وَلَأُمَنِّيَنَّهُمْ وَلَآمُرَنَّهُمْ فَلَيُبَتِّكُنَّ آذَانَ الْأَنْعَامِ وَلَآمُرَنَّهُمْ فَلَيُغَيِّرُنَّ
خَلْقَ اللَّهِ ۚ وَمَنْ يَتَّخِذِ الشَّيْطَانَ وَلِيًّا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَقَدْ خَسِرَ خُسْرَانًا مُبِينًا ﴿١١٩﴾ يَعِدُهُمْ وَيُمَنِّيهِمْ ۖ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطَانُ إِلَّا غُرُورًا
Yang mereka sembah selain Allah itu, tidak lain hanyalah berhala, dan (dengan menyembah berhala itu) mereka tidak lain hanyalah menyembah syaitan yang durhaka, yang dila’nati Allah dan syaitan itu mengatakan, Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan (untuk saya), dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan akan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (merubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka merobahnya.
Barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allâh, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata. Syaitan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal syaitan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka. [Qs An-Nisa’/4:117-120]
▪▪2▪▪Taklid Terhadap Mahluk▪▪
Taqlik berbeda dengan Itiba'
Apa itu Ittiba'?
Itiba' adalah seseorang mengambil atau mengamalkan pendapat atau perbuatan orang lain dengan ada dalil yang - mewajibkan. Intinya adalah mengikuti Al-Quran dan As-Sunah dengan pemahaman sahabat.
Sedangkan Taqlid secara bahasa adalah ( ﺗﻘﻠﻴﺪ ) dalam bahasa Arab berasal terbentuk dari dari tiga huruf asalnya, yaitu qa-la-da ( ﻗﻠﺪ ) artinya ; mengalungkan sesuatu ke leher,
ﺟَﻌَﻞ ﺍﻟﺸَّﻲْﺀَ ﻓِﻲ ﻋُﻨُﻖِ ﻏَﻴْﺮِﻩِ ﻣَﻊَ ﺍﻹْﺣَﺎﻃَﺔِ ﺑِﻪِ
Menjadikan sesuatu pada leher orang lain sehingga melingkari leher itu.
Adapun taqlid menurut istilah
ﺍْﻟﻌَﻤَﻞُ ﺑِﻘَﻮْﻝِ ﻣَﻦْ ﻟَﻴْﺲَ ﻗَﻮْﻟُﻪُ ﺇِﺣْﺪَﻯ ﺍﻟْﺤُﺠَﺞِ ﺑِﻼَ ﺣُﺠَّﺔٍ ﻣِﻨْﻬَﺎ
Mengamalkan pendapat orang yang perkataannya bukan termasuk hujjah dengan tanpa hujjah/dalil. [ Syaikh al-Kamal bin al-Humam rahimahullah At-Tahrîr, hlm. 547; dinukil dari At-Taqlîd 1/8].
Intinya taqlid dilakukan dengan tanpa dalil, sedangkan ittiba’ dilakukan dengan dalil karena hukum asal ittiba' adalah diperintahkan(wajib), sedangkan taqlid terlarang(haram).
Allah berfurman;
ﺍﺗَّﺒِﻌُﻮﺍ ﻣَﺎ ﺃُﻧْﺰِﻝَ ﺇِﻟَﻴْﻜُﻢْ ﻣِﻦْ ﺭَﺑِّﻜُﻢْ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﺘَّﺒِﻌُﻮﺍ ﻣِﻦْ ﺩُﻭﻧِﻪِ ﺃَﻭْﻟِﻴَﺎﺀَ ۗ ﻗَﻠِﻴﻠًﺎ ﻣَﺎ ﺗَﺬَﻛَّﺮُﻭﻥَ
Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (darinya). [al-A’râf/7:3]
Taqlik adalah menyelisihi Rosulullah Shallallahu ‘ alaihi wassalam karena beragama mereka dengan ikut-ikutan tanpa dalil seperti;
◇Tiga taqlik yang dilarang;
--a.Taqlik kepada nenek moyang adalah perbuatan yg Allah cela karena mereka lebih memilih adat istiadat yang menyelisihi addin daripada syariat Allah.
Contohnya: Kaum Jahiliyyah yang taqlid kepada ajaran nenek moyang mereka utk menyembah berhala. Sebagaimana disebutkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla dlm firman-Nya,
ﻭَﻛَﺬَ ﻟِﻚَ ﻣَﺂ ﺃَﺭْ ﺳَﻠْﻨَﺎ ﻣِﻦْ ﻗَﺒْﻠِﻚَ ﻓِﻲ ﻗَﺮْﻳَﺔٍ ﻣِﻦْ ﻧَّﺬِﻳْﺮٍ ﺇِﻻَّ ﻗَﺎﻝَ ﻣُﺘْﺮَ ﻓُﻮﻫَﺂ ﺇِﻧَّﺎ ﻭَﺟَﺪْﻧَﺂ ﺀَﺍﺑَﺂﺀَﻧَﺎ ﻋَﻠَﻰ ﺃُﻣَّﺔٍ ﻭَﺇِﻧَّﺎ ﻋَﻠَﻰ ﺀَﺍﺛَﺮِﻫِﻢْ ﻣُّﻘْﺘَﺪُﻭْﻥَ ﻗَـﻞَ ﺃَﻭَﻟَﻮْ ﺟِﺌْﺘُﻜُﻢْ ﺑِﺄَﻫْـﺪَﻯ ﻣِﻤَّﺎ ﻭَﺟَﺪْﺗُّﻢْ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺀَﺍﺑَﺂﺀَﻛُﻢْۖ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﺇِﻧَّﺎ ﺑِﻤَﺂ ﺃُﺭْﺳِﻠْﺘُﻢْ ﺑِﻪِ ﻛَﻔِﺮُﻭﻥَ
Dan demikian juga ketika Kami mengutus seorang pemberi peringatan sebelum engkau (Muhammad) dlm suatu negeri, orang-orang yang hidup mewah (di negeri itu) selalu berkata, Sesungguhnya kami mendapati nenek moyang kami menganut suatu (agama) & sesungguhnya kami sekadar pengikut jejak-jejak mereka.’ Rasul itu berkata, Apakah (kamu akan mengikutinya juga) sekalipun aku membawa untukmu (agama) yang lebih baik daripada apa yang kamu peroleh dari (agama) yang dianut nenek moyangmu?’ Mereka menjawab, ‘Sungguh kami mengingkari (agama) yang kamu diperintahkan utk menyampaikannya.(Qs. Az-Zukhruf: 23-24)
ﻭَﺇِﺫَﺍ ﻗِﻴﻞَ ﻟَﻬُﻢُ ﺍﺗَّﺒِﻌُﻮﺍ ﻣَﺎ ﺃَﻧْﺰَﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﺑَﻞْ ﻧَﺘَّﺒِﻊُ ﻣَﺎ ﻭَﺟَﺪْﻧَﺎ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺁﺑَﺎﺀَﻧَﺎ ۚ ﺃَﻭَﻟَﻮْ ﻛَﺎﻥَ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥُ ﻳَﺪْﻋُﻮﻫُﻢْ ﺇِﻟَﻰٰ ﻋَﺬَﺍﺏِ ﺍﻟﺴَّﻌِﻴﺮِ
Apabila dikatakan kepada mereka, Ikutilah apa yang diturunkan Allah, mereka menjawab, (Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya. Dan apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun setan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala (neraka)? [Luqman/31:21]
--b. Taqlid kepada orang yang tidak fakih dalam agama Contohnya: Taqlidnya seseorang kepada orang lain yang tak diketahui asal usulnya. Sebagaimana disebutkan dlm firman Allah ‘Azza wa Jalla,
ﻳَﺄَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺀَﺍﻣَﻨُﻮﺍ ﺇِﻥْ ﺟَﺂﺀَﻛُﻢْ ﻓَﺎﺳِﻖٌ ﺑِﻨَﺒِﺈٍ ﻓَﺘَﺒَـﻴَّﻨُﻮﺍ ﺃَﻥْ ﺗُﺼِﻴْﺒُﻮﺍ ﻗَﻮْﻣًﺎ ﺑِﺠَﻬَﻠَﺔٍ ﻓَﺘُﺼْﺒِﺤُﻮﺍ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎ ﻓَﻌَﻠْﺘُﻢْ ﻧَﺪِﻣِﻴْﻦَ
Wahai orang-orang yang beriman, jika seorang fasik datang kepadamu dgn membawa berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang nanti akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.” (Qs. Al-Hujurat: 6)
ﻭَﻟَﺎ ﺗَﻘْﻒُ ﻣَﺎ ﻟَﻴْﺲَ ﻟَﻚَ ﺑِﻪِ ﻋِﻠْﻢٌ ۚ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﺴَّﻤْﻊَ ﻭَﺍﻟْﺒَﺼَﺮَ ﻭَﺍﻟْﻔُﺆَﺍﺩَ ﻛُﻞُّ ﺃُﻭﻟَٰﺌِﻚَ ﻛَﺎﻥَ ﻋَﻨْﻪُ ﻣَﺴْﺌُﻮﻟًﺎ
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. [QS Al-Isra’/17:36]
--c. Taqlid Buta kepada perkataan seseorang, padahal dia mengetahui adanya hujjah (bukti) & dalil yang bertentangan dgn pendapat orang tersebut.
Contohnya: Taqlid yang dilakukan kaum Yahudi & Nashara kepada para pendeta & rahib mereka, sehingga mereka berpaling dari dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana disebutkan dlm firman Allah ‘Azza wa Jalla,
ﺇِﺗَّﺨَﺬُﻭﺍ ﺃَﺣْﺒَﺎﺭَﻫُﻢْ ﻭَﺭُﻫْﺒَﺎﻧَﻬُـﻢْ ﺃَﺭْﺑَﺎﺑًﺎ ﻣِّﻦْ ﺩُﻭْﻥِ ﺍﻟﻠﻪِ …
Mereka menjadikan orang-orang alim (Yahudi) & rahib-rahibnya (Nasrani) sebagai rabb selain Allah…(Qs. At-Taubah: 31)
Namun kita tidak bisa menutup sebelah mata dan pungkiri bahwa banyak faktor eksternal maupun internal yang merusak ﻓﻄﺮﺓ manusia, bisa itu adat yang dibuat pendahulu kita atau orang tua kita dan bahkan lingkungan juga memiliki pengaruh besar pada diri seseorang, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda 14 abad yang silam;
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ، أَوْ يُنَصِّرَانِهِ، أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
Setiap anak dilahirkan diatas fitrah, maka bapaknya yang menjadikan agamanya yahudi atau nasrani atau majusi [HR. Al-Bukhâri, no.1319, (1/465)].
Lingkungan bisa memperngaruhi seseorang sehingga menjadi semakin shalih atau sebaliknya, membuatnya terjerumus dalam kesalahan. Saat seseorang sudah terbiasa dengan kesalahan apalagi menyukainya, berarti dia telah menyimpang dari fitrahnya.
Penyelewangan dan penyimpangan terhadap ﻓﻄﺮﺓ , tidak terelakkan jika lingkungannya tidak baik. Penyebabnya, bisa dengan mentaklid kepada orang tua atau nenek moyang atau taklid kepada tokoh-tokoh. Ini merupakan salah satu jalan syaitan menghalangi manusia dari jalan Allâh Azza wa Jalla . Dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
إِنَّ الشَّيْطَانَ قَعَدَ لِابْنِ آدَمَ بِأَطْرُقِهِ، فَقَعَدَ لَهُ بِطَرِيقِ الْإِسْلَامِ، فَقَالَ: تُسْلِمُ وَتَذَرُ دِينَكَ وَدِينَ آبَائِكَ وَآبَاءِ أَبِيكَ، فَعَصَاهُ فَأَسْلَمَ، ثُمَّ قَعَدَ لَهُ بِطَرِيقِ الْهِجْرَةِ، فَقَالَ: تُهَاجِرُ وَتَدَعُ أَرْضَكَ وَسَمَاءَكَ، وَإِنَّمَا مَثَلُ
الْمُهَاجِرِ كَمَثَلِ الْفَرَسِ فِي الطِّوَلِ، فَعَصَاهُ فَهَاجَرَ، ثُمَّ قَعَدَ لَهُ بِطَرِيقِ الْجِهَادِ، فَقَالَ: تُجَاهِدُ فَهُوَ جَهْدُ النَّفْسِ وَالْمَالِ، فَتُقَاتِلُ فَتُقْتَلُ، فَتُنْكَحُ الْمَرْأَةُ، وَيُقْسَمُ الْمَالُ، فَعَصَاهُ فَجَاهَدَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ، وَمَنْ قُتِلَ كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ، وَإِنْ غَرِقَ كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ، أَوْ وَقَصَتْهُ
دَابَّتُهُ كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ»
Sesungguhnya syaitan duduk menghalangi manusia di jalan-jalannya. Syaitan duduk dijalan Islam dan berkata, Kamu masuk Islam dengan meninggalkan agamamu, agama bapak kamu dan nenek moyangmu?’ Lalu ia tidak menurutinya dan tetap masuk Islam.
Kemudian syaitan duduk di jalan hijrah dan berkata, Kamu mau berhijrah dengan meninggalkan tanah dan langitmu. Perumpamaan orang berhijrah itu seperti kuda yang terikat (tidak bisa berbuat bebas). Lalu orang tersebut tidak menurutinya dan tetap berhijrah.
Kemudian syaitan duduk di jalan jihad dan berkata, Kamu mau berjihad padahal itu akan menghabiskan jiwa dan harta, lalu kamu berperang dan terbunuh, istrimu dinikahi orang dan hartamu dibagi-bagi. Lalu orang tersebut tidak mengikutinya dan tetap berjihad.
Rasalullah bersabda, Siapa yang berbuat demikian, maka sudah menjadi haknya atas Allah Azza wa Jalla untuk memasukkannya ke surga. Siapa yang terbunuh maka menjadi haknya atas Allah Azza wa Jalla untuk memasukkannya ke surga dan jika tenggelam maka sudah menjadi haknya atas Allah Azza wa Jalla untuk memasukkannya ke surga atau diinjak hewan tunggangannya maka sudah menjadi haknya atas Allah Azza wa Jalla untuk memasukkannya ke surga. [HR. an-Nasa’i, no. 3134. Hadits ini dipandang sebagai hadits shahih oleh al-Albani dalam Shahîh Sunan an-Nasâ’i]
Demikian juga tasyabbuh (meniru-niru orang kafir) termasuk penyebab penyimpangan fitrah, bahkan tasyabbuh ini adalah akar bencana dan sumber kerusakan umat ini, sebagaimana dijelaskan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
«لَتَتْبَعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، شِبْرًا شِبْرًا وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ، حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ تَبِعْتُمُوهُمْ»، قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، اليَهُودُ وَالنَّصَارَى؟ قَالَ: «فَمَنْ»
Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhab (yang sempit sekalipun,), pasti kalian pun akan mengikutinya.Kami (para Sahabat) berkata, Wahai Rasulullah! Apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, Lantas siapa lagi? [HR. Muslim, no. 2669]
Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan, tidak diragukan lagi bahwa kelak akan ada umat Islam yang mengikuti jejak Yahudi dan Nashrani dalam sebagian perkara.
(Majmu’ al-Fatawa, 27/286).
Imam Nawawi ketika menjelaskan hadits di atas mengatakan, Yang dimaksud dengan syibr (sejengkal) dan dziro' (hasta) serta lubang dhab (lubang hewan tanah yang penuh lika-liku), adalah permisalan bahwa tingkah laku kaum Muslimin sangat mirip sekali dengan tingkah Yahudi dan Nashrani. Yaitu kaum Muslimin menyamai mereka dalam kemaksiatan dan berbagai penyimpangan, bukan dalam hal-hal kekafiran mereka yang diikuti. Perkataan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini adalah suatu mukjizat bagi Beliau karena apa yang Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam katakan telah terjadi saat-saat ini. (Syarh Shahîh Muslim, 16/219)
Tasyabuh ini dilarang karena mempengaruhi akhlak dan ﻓﻄﺮﺓ manusia dan bisa merusaknya, seperti dijelaskan Ibnu Taimiyah t dalam pernyataan beliau, Serupa dalam perkara lahiriyah bisa berpengaruh pada keserupaan dalam akhlak dan amalan. Oleh karena itu, kita dilarang tasyabbuh dengan orang kafir.(Majmu’ al-Fatawa, 22/154)
Beliau juga menyatakan, Jika dalam perkara adat (kebiasaan) saja kita dilarang tasyabbuh dengan mereka, bagaimana lagi dalam perkara yang lebih dari itu?! Bahkan beliau menyatakan, Apabila tasyabuh dalam perkara dunia bisa menimbulkan rasa cinta dan loyalitas kepada mereka, lalu bagaimana dengan tasyabuh dalam perkara agama? Tentunya menyebabkan jenis loyalitas yang lebih besar dan lebih tebal, padahal cinta dan loyalitas kepada mereka menghilangkan keimanan.(Iqtidha as-Shiratil Mustaqim)
▪▪3▪▪ GHAFLAH ( Lalai) dan Hubud Dunia serta Sibuk Mengikuti Syahwat▪▪
Lalai memang sifatnya manusia karena kecintaanya dengan acecoris dunia yang gemerlap sehingga waktu terasa habis tanpa faidah. Hubud Dunia sering kali melalaikan manusia dari Rabbnya dan memalingkannya dari ﻓﻄﺮﺓ yang hanif, sebagaimana dijelaskan oleh Allah Azza wa Jalla dalam firman-Nya:
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا ۛ أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ ﴿١٧٢﴾ أَوْ تَقُولُوا إِنَّمَا أَشْرَكَ آبَاؤُنَا مِنْ قَبْلُ
وَكُنَّا ذُرِّيَّةً مِنْ بَعْدِهِمْ ۖ أَفَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ الْمُبْطِلُونَ
Dan (ingatlah), ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), Bukankah Aku ini Rabbmu. Mereka menjawab, Betul (Engkau Rabb kami), kami menjadi saksi. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Rabb). atau agar kamu tidak mengatakan, Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Ilah sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang yang sesat dahulu. [Qs Al-A’raf/7:172-173]
Ayat yang mulia ini menjelaskan sikap ghaflah (lalai) termasuk sebab terbesar penyimpangan ﻓﻄﺮﺓ manusia.
Dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman penyebab ghaflah (lalai) mereka sebab telah lupa dengan Robb mereka dan menjadikan syahwatnya sebagai Ilah.
ﺃُﻭﻟَﺌِﻚَ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺃَﻧْﻌَﻢَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻴِّﻴﻦَ ﻣِﻦْ ﺫُﺭِّﻳَّﺔِ ﺁَﺩَﻡَ ﻭَﻣِﻤَّﻦْ ﺣَﻤَﻠْﻨَﺎ ﻣَﻊَ ﻧُﻮﺡٍ ﻭَﻣِﻦْ ﺫُﺭِّﻳَّﺔِ ﺇِﺑْﺮَﺍﻫِﻴﻢَ ﻭَﺇِﺳْﺮَﺍﺋِﻴﻞَ ﻭَﻣِﻤَّﻦْ ﻫَﺪَﻳْﻨَﺎ ﻭَﺍﺟْﺘَﺒَﻴْﻨَﺎ ﺇِﺫَﺍ ﺗُﺘْﻠَﻰ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﺁَﻳَﺎﺕُ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺧَﺮُّﻭﺍ ﺳُﺠَّﺪًﺍ ﻭَﺑُﻜِﻴًّﺎ ( 58 ) ﻓَﺨَﻠَﻒَ ﻣِﻦْ
ﺑَﻌْﺪِﻫِﻢْ ﺧَﻠْﻒٌ ﺃَﺿَﺎﻋُﻮﺍ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓَ ﻭَﺍﺗَّﺒَﻌُﻮﺍ ﺍﻟﺸَّﻬَﻮَﺍﺕِ ﻓَﺴَﻮْﻑَ ﻳَﻠْﻘَﻮْﻥَ ﻏَﻴًّﺎ (59 ) ﺇِﻟَّﺎ ﻣَﻦْ ﺗَﺎﺏَ ﻭَﺁَﻣَﻦَ ﻭَﻋَﻤِﻞَ ﺻَﺎﻟِﺤًﺎ ﻓَﺄُﻭﻟَﺌِﻚَ ﻳَﺪْﺧُﻠُﻮﻥَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ ﻭَﻟَﺎ ﻳُﻈْﻠَﻤُﻮﻥَ ﺷَﻴْﺌًﺎ ( 60 ) ﺟَﻨَّﺎﺕِ ﻋَﺪْﻥٍ ﺍﻟَّﺘِﻲ ﻭَﻋَﺪَ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦُ ﻋِﺒَﺎﺩَﻩُ ﺑِﺎﻟْﻐَﻴْﺐِ
ﺇِﻧَّﻪُ ﻛَﺎﻥَ ﻭَﻋْﺪُﻩُ ﻣَﺄْﺗِﻴًّﺎ ( 61 ) ﻟَﺎ ﻳَﺴْﻤَﻌُﻮﻥَ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻟَﻐْﻮًﺍ ﺇِﻟَّﺎ ﺳَﻠَﺎﻣًﺎ ﻭَﻟَﻬُﻢْ ﺭِﺯْﻗُﻬُﻢْ ﻓِﻴﻬَﺎ ﺑُﻜْﺮَﺓً ﻭَﻋَﺸِﻴًّﺎ [ ﻣﺮﻳﻢ 62-58/ ]
Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para Nabi dari keturunan Adam, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis. Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memper-turutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun.(QS. Maryam: 58-60).
Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan, generasi yang ﺍﺿﺎﻋﺔ ﺍﻟﺼﻼﺓ (adhoo’ush sholah) itu, kalau mereka sudah menyia-nyiakan sholat, maka pasti mereka lebih menyia-nyiakan kewajiban-kewajiban lainnya.Dan akan tambah lagi (keburukan mereka) dengan mengikuti syahwat dunia dan kelezatannya, senang dengan kehidupan dan kenikmatan dunia. Maka mereka itu akan menemui kesesatan, artinya kerugian di hari qiyamat.
Demikian juga harta dapat melalaikan manusia dan menjadi sebab kehancuran dan penyimpangan fitrahnya, karena harta termasuk sebab yang membuat manusia menjadi sombong dan melampaui batas serta berpaling dari kebenaran. Oleh karena itu, Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَٰكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ
Dan jikalau Allâh melapangkan rezeki kepada para hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allâh menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat [Qs Asy-Syura/42:27]
Harta dan ketamakan juga menjadi jalan iblis menyesatkan manusia dan menyimpangkan mereka dari fitrah yang lurus, seperti dijelaskan Allâh Azza wa Jalla dalam firmannya:
يَعِدُهُمْ وَيُمَنِّيهِمْ ۖ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطَانُ إِلَّا غُرُورًا
Syaitan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal syaitan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka. [Qs An-Nisa’/4:120]
▪▪4▪▪Hasad( ﺣَﺴَﺪَ ) ◆◆
MENURUT bahasa: ﺣَﺴَﺪَ ﻳَﺤْﺴِﺪُ ﻭَﻳَﺤْﺴُﺪُ asalanya adalah ﺍﻟﻘﺮﺍﺩ
Secara Istilah Hasad ﺣَﺴَﺪَ adalah ﻛﺮﺍﻫﺔ ﺍﻟﻨﻌﻤﺔ ﻭﺣﺐ ﺯﻭﺍﻟﻬﺎ ﻋﻦ ﺍﻟﻤﻨﻌﻢ ﻋﻠﻴﻪ membenci nikmat dan menginginkan nikmat tersebut hilang.
ﺎﻝ ﺷﻴﺦ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﺍﺑﻦ ﺗﻴﻤﻴﺔ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻦ ﺍﻟﺤﺴﺪ : ( ﻫﻮ ﻣﺮﺽ ﻏﺎﻟﺐ ﻓﻼ ﻳﺨﻠﺺ ﻣﻨﻪ ﺇﻻ ﻗﻠﻴﻞ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺎﺱ ، ﻭﻟﻬﺬﺍ ﻳﻘﺎﻝ : ﻣﺎ ﺧﻼ ﺟﺴﺪ ﻣﻦ ﺣﺴﺪ ، ﻟﻜﻦ ﺍﻟﻠﺌﻴﻢ ﻳﺒﺪﻳﻪ ﻭﺍﻟﻜﺮﻳﻢ ﻳﺨﻔﻴﻪ
ﻣﺠﻤﻮﻉ ﺍﻟﻔﺘﺎﻭﻯ ( 10/124 - 125 )
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ berkomentar tentang hasad: Dia adalah penyakit yang mendominan yang tidak ada orang yang terbebas darinya kecuali sedikit. Tidak pernah badan manusia terlepas dari hasad. Orang tecela maka dia akan menampakkan (hasadnya), sedangkan orang yang mulia akan menyembunyikannya.[Majmu' Al-Fatawa 10/124-125]
Hasad termasuk sebab penyimpangan fitrah manusia dan penghilang agama, sebagaimana dijelaskan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
دَبَّ إِلَيْكُمْ دَاءُ الْأُمَمِ قَبْلَكُمُ الْحَسَدُ وَالْبَغْضَاءُ، وَ هِيَ الْحَالِقَةُ لَا أَقُولُ تَحْلِقُ الشَّعْرَ وَلَكِنَّهَا تَحْلِقُ الدِّينَ
Masuk kepada kalian penyakit umat sebelum kalian hasad dan kebencian. Penyakit ini adalah pemotong, tidak saya katakan pemotong rambut tapi pemotong agama [HR. At-Tirmidzi dalam sunannya no. 2510. Hadits dipandang sebagai hadits yang hasan oleh syaikh al-Albani dalam Sahîh Sunan at-Tirmidzi]
Hasad menjadi sebab yang membuat iblis tidak mau sujud kepada Adam, sebagaimana jawaban iblis ketika Allâh Azza wa Jalla berfirman kepadanya:
قَالَ لَمْ أَكُنْ لِأَسْجُدَ لِبَشَرٍ خَلَقْتَهُ مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ ﴿٣٣﴾ قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ ﴿٣٤﴾ وَإِنَّ عَلَيْكَ اللَّعْنَةَ إِلَىٰ يَوْمِ الدِّينِ
Allah berfirman, Hai iblis! Apa sebabnya kamu tidak (ikut sujud) bersama-sama mereka yang sujud itu,Berkata iblis, Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Allah berfirman, Keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk, dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat. [Qs Al-Hijr/15:33-35]
Sebagai renungan kita bahwa Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
Induk semua dosa ada tiga;
1.kesombongan yang membuat iblis hancur dan
2.ketamakan yang menyebabkan Nabi Adam Alaihissallam keluar dari surga serta
3.Hasad yang membuat salah seorang anak Adam membunuh saudaranya.
Siapa yang berlindung dari tiga penyakit ini maka telah berlindung dari semua keburukan. Kekafiran berasal dari kesombongan, kemaksiatan berasal dari ketamakan dan sikap melampai batas dan zhalim berasal dari hasad. al-Fawâ`id 1/58.
Dan Kedengkian kaum kafir qurais adalah keraguan.
Semoga Allah selalu menjaga ﻓﻄﺮﺓ kita tetap hanif dan istiqomah hingga akhir hayat.
Wallahuta'allam.
http:// Abuafka.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar