Melok Umume.
Umumnya manusia berangapan bahwa agama itu dari apa yang dilihat, apa yang didengar , apa yang dirasakan dan bila banyak yang melakukan pasti benar , walaupun bertentangan dengan dalil.., Lalu buat apa Allah Aza Wajalla mengutus Nabi Muhammad ﷺ dengan membawa Al-Quran dan As-Sunah bila manusia beragama hanya mengikuti kebanyakan saja ??
Allah Ta’ala berfirman,
Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang
di muka bumi ini, ( وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ )
niscaya mereka akan menyesatkanmu dari
jalan Allah. ( يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ )
Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan
belaka ( إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ )
dan mereka tidak lain hanyalah berdusta
(terhadap Allah). ( وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ )
(QS. Al-An’am: 116).
Tafsir Mufasirin :
◆ Imam Abu Ja’far ath-Thobari rahimahullah berkata: Allah azza wa jalla menjelaskan kepada Nabi Muhammad ﷺ.
Wahai Muhammad, janganlah kamu taat kepada orang yang berpaling dari agama Allah, karena mereka mengajak kamu mengikuti sesembahan mereka. Jangan kamu taati mereka ketika mengajak kamu agar makan sesembelihan yang disajikan untuk tuhan-tuhan mereka, dan yang disembelih dengan menyebut nama tuhan mereka, dan jangan kamu taati perbuatan mereka yang tersesat. Jika kamu taat kepada umumnya manusia di permukaan bumi ini, pasti mereka akan menyesatkan kamu dari jalan Allah yang benar dan menghalangi kamu dari yang benar juga, karena pada saat itu mereka kufur dan tersesat. Dan jika kamu menaati mereka kamu akan seperti mereka, karena mereka tidak mengajak kamu kepada petunjuk, bahkan mereka telah jatuh kepada kesesatan karena mereka hanya mengikuti dugaan dan kira-kira belaka. Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah melarang kamu yang demikian itu karena Allah lebih tahu tentang mereka daripada kamu. Wahai Muhammad, ikutilah yang Aku perintahkan kepadamu dan tinggalkan apa yang Aku larang kepadamu dan jangan kamu menaati mereka, dan jangan kamu tinggalkan larangan mereka, karena Aku lebih tahu siapa yang mendapat petunjuk dan siapa yang tersesat. ( Tafsir ath-Thobari: 12/65 )
◆◆ Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab berkata, Di antara prinsip jahiliyyah, mereka percaya bahwa standar kebenaran adalah jika banyak yang menganutnya. Itulah yang jadi dalil pembenaran. Sedangkan kebatilan atau sesatnya sesuatu dilihat dari keterasingan dan pengikutnya yang sedikit. Ini lawan dari prinsip yang disebutkan di awal. Padahal prinsip semacam ini bertolak belakang dengan ajaran yang disebutkan dalam Al Quran. ( Syarh Masailil Jahiliyyah , hal. 38).
◆◆ Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata: Kamu jangan merasa rendah diri karena menempuh jalan yang benar walaupun sedikit orang yang menempuhnya, dan kamu jangan tertipu dengan yang bathil walaupun banyak orang yang mengamalkannya. (Minhajul Taksis wat Taqdis fi Kasfi Syubuhat, Dawud bin Jarjis: 1/84 )
◆◆ Imam Baidhowi rahimahullah berkata: Yang dimaksud dengan umumnya manusia adalah orang-orang kafir atau orang-orang bodoh tentang agama atau pengikut hawa nafsu. ( Tafsir al-Baidhowi: 2/199 )
◆◆ Syaikh Abdurrohman as-Sa’di rahimahullah berkata:
Ayat diatas menjelaskan bahwa kebenaran itu bukan karena banyak pendukungnya, dan kebathilan itu bukan karena orang yang mengerjakannya sedikit. Kenyataannya yang mengikuti kebenaran hanya sedikit, sedangkan yang mengikuti kemungkaran banyak sekali. Kewajiban bagi umat Islam adalah mengetahui yang benar dan bathil, lihatlah jalan yang ditempuh. ( Tafsir al-Karimur Rohman: 1/270)
◆◆ Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di menafsirkan, Allah berfirman kepada nabi-Nya Muhammad ﷺ dengan memberi peringatan dari menaati atau mengikuti mayoritas manusia , karena kebanyakan mereka telah berpaling dari agama, amal dan ilmu mereka. agama mereka rusak, amal mereka mengikuti hawa nafsu dan dan tidak bisa mencapai jalan yang benar. ( Taisir Karimir Rahmah hal. 248, Dar Ibnu Hazm, Beirut, cet. I, 1424 H )
◆◆ Syaikh Ibnu Baz rahimahullah berkata: Orang yang berakal sehat jangan tertipu dengan kebanyakan manusia, karena kebenaran tidak ditentukan karena banyak orang yang berbuat, akan tetapi kebenaran adalah syariat Allah azza wa jalla yang diturunkan kepada Rasulullah ﷺ ( Majmu’ Fatawa wa Maqolat Ibnu Baz: 1/231)
◆◆ Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah ditanya: Sebagian menusia jika dilarang dari perbuatannya yang menyimpang dari ajaran syariat Islam atau menyimpang dari adab Islam berargumen umumnya manusia mengerjakannya. Jika demikian, bagaimana kita menjawabnya? Mayoritas bukanlah dasar kebenaran, karena Allah azza wa jalla berfirman (Baca QS.al-An’am/6:116 dan QS.Yusuf/12:103 ) . Sedangkan tolak ukur kebenaran jika Allah azza wa jalla berfirman dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, atau ulama salafush sholih yang berfatwa. ( Majmu’ Fatawa wa Rosa’il, Ibnu Utsaimin: 3/103 )
Selanjutnya beliau rahimahullah berkata: Hendaknya kita tidak tertipu dengan mayoritas, karena mayoritas kada kala tersesat seperti ayat diatas (QS.al-An’am/6:116).
Dari sisi lain, jika manusia tertipu dengan mayoritas sehingga dia menduga bahwa dialah yang menang, inilah penyebab manusia menjadi hina. Kamu jangan berkata: Semua manusia berbuat demikian, mengapa kami sendiri yang tidak? Kamu jangan tertipu dengan mayoritas, jangan tertipu dengan umumnya orang yang hancur akidah dan akhlaknya sehingga kamu hancur bersama mereka, dan janganlah kamu tertipu dengan orang yang sukses, sehingga kamu termasuk orang yang sombong, sehingga kamu tinggalkan golongan yang sedikit, sebab boleh jadi yang sedikit itu lebih baik dari pada yang mayoritas. ( al-Qoulul Mufid ala Kitabut Tauhid: 1/7 ).
Kesimpulan
Dari keterangan mufasirin diatas dapat kita pahami bahwa
Patokan kebenaran bukanlah dilihat dari banyaknya pengikut. Patokannya adalah tetap melihat apakah bersesuaian dengan kebenaran. Kalau memang standar banyak yang dijadi patokan kebenaran, itu baik. Namun mayoritas yang banyak itu merujuk pada kebatilan. Karena
Allah Ta’ala berfirman bahwa
Dan sebahagian besar manusia tidak akan
beriman ( ﻭَﻣَﺎ ﺃَﻛْﺜَﺮُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ )
walaupun kamu sangat menginginkannya. ( ﻭَﻟَﻮْ ﺣَﺮَﺻْﺖَ ﺑِﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ )
(QS. Yusuf: 103).
Jangan merasa bahwa yang banyak diikuti dan diamalkan berarti selalu benar. Kalau prinsip seorang muslim selalu memakai patokan yang banyak itulah yang benar berarti dalam dirinya masih menganut prinsip beragamanya orang Jahiliyyah. Padahal sifat jahiliyyah selalu menunjukkan kehinaan.
Wallahu a’lam
http:// Abuafka.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar