Rabu, 31 Januari 2018

Apakah Aku Sombong ?

Apakah Aku Sombong (Takabur)

Al-kibr yaitu melihat diri sendiri lebih besar dari yang lain. Orang sombong itu memandang dirinya lebih sempurna dibandingkan siapapun. Dia memandang orang lain hina, rendah dibanding dengan dirinya tanpa ilmu.

Sedangkan ‘ujub adalah membanggakan diri, silau dengan diri sendiri tanpa merendahkan orang lain.

Berkata Para Ulama maksud dari Al-kibr.
Imam Nawawi rahimahullah berkata: Adapun ‘menolak kebenaran’ yaitu menolaknya dan mengingkarinya dengan menganggap dirinya tinggi dan besar . ( Syarah Muslim, hadits no. 2749 ).

Imam Ibnul Atsir rahimahullah berkata tentang makna menolak kebenaran yaitu menyatakan batil terhadap perkara yang telah Allah Azza wa Jalla tetapkan sebagai kebenaran, seperti mentauhidkan-Nya dan beribadah kepada-Nya.

Ada yang mengatakan, maknanya adalah menzhalimi kebenaran, yaitu tidak menganggapnya sebagai kebenaran. Dan ada yang mengatakan, maknanya adalah merasa besar terhadap kebenaran, yaitu tidak menerimanya. ( Lihat An-Nihayah fi Gharibil Hadits ).

Sebagaimana hadits dari ‘Abdullah bin Mas’ud
Rasulullah ﷺ bersabda
Tidak akan masuk surga ( ﻻَ ﻳَﺪْﺧُﻞُ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ )
orang yang di dalam hatinya ( ﻣَﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﻓِﻲ ﻗَﻠْﺒِﻪِ )
ada kesombongan seberat biji sawi. ( ﻣِﺜْﻘَﺎﻝُ ﺫَﺭَّﺓٍ ﻣِﻦْ ﻛِﺒْﺮٍ )
Seorang laki-laki bertanya ( ﻗَﺎﻝَ )
Ada seseorang suka bajunya bagus dan sandalnya bagus
(apakah termasuk kesombongan?) ( ﺭَﺟُﻞٌ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞَ ﻳُﺤِﺐُّ ﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮﻥَ ﺛَﻮْﺑُﻪُ ﺣَﺴَﻨًﺎ ﻭَﻧَﻌْﻠُﻪُ ﺣَﺴَﻨَﺔً )
Beliau menjawab: ( ﻗَﺎﻝَ )
Sesungguhnya Allah Maha indah ( ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺟَﻤِﻴﻞٌ )
dan menyukai keindahan. ( ﻳُﺤِﺐُّ ﺍﻟْﺠَﻤَﺎﻝَ )

Kesombongan adalah menolak kebenaran ( ﺍﻟْﻜِﺒْﺮُ ﺑَﻄَﺮُ ﺍﻟْﺤَﻖِّ )
dan merendahkan manusia ( ﻭَﻏَﻤْﻂُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ )
( HR. Muslim, no. 2749 )

Penjelasan :
Dari keterangan hadits diatas sombong itu ada dua :

▪ Pertama
Menolak kebenaran ( ﺑَﻄَﺮُ ﺍﻟْﺤَﻖِّ ) maksudnya mengingkari kebenaran (wahyu) dan menolaknya karena selalu berambisi untuk meninggikan dirinya di hadapan Allah Ta’ala dengan cara menolak syariat Allah Ta’ala dan tuntunan Rosulullah ﷺ
padahal perkataan yang benar adalah dari Kitabullah dan Sunnah Rasulullah ﷺ yg wajib seorang mukmin mengimani, menerima dan mengikutinya.

Sebagaimana Allah Ta’ala telah memuji orang-orang yang beriman karena mereka mengkuti kebenaran dan mencela orang-orang yang menolak kebenaran.

Adakah orang yang mengetahui ( ﺃَﻓَﻤَﻦْ ﻳَﻌْﻠَﻢُ )
bahwasanya apa yg diturunkan kepadamu ( ﺃَﻧَّﻤَﺎ ﺃُﻧْﺰِﻝَ ﺇِﻟَﻴْﻚَ )
dari rabbmu itu benar sama dgn orang yang buta? ( ﻣِﻦْ ﺭَﺑِّﻚَ ﺍﻟْﺤَﻖُّ ﻛَﻤَﻦْ ﻫُﻮَ ﺃَﻋْﻤَﻰٰ )
Hanyalah org2 yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran, ( ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻳَﺘَﺬَﻛَّﺮُ ﺃُﻭﻟُﻮ ﺍﻟْﺄَﻟْﺒَﺎﺏِ )
(Qs A-Ra’d (13):19 )

Tafsir Ulama :
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata : Maka tidaklah sama orang yang meyakini kebenaran yang engkau bawa wahai Muhammad ﷺ dengan orang yang buta, yang tidak mengetahui dan memahami kebaikan. Seandainya memahami, dia tidak mematuhinya, tidak mempercayainya, dan tidak mengikutinya. ( Lihat Tafsir Al-Qur’anil ‘Azhim, Qs Ar-Ra’du (13 ): 19 ).

Sedangkan bagi yang menolak kebenaran maka dia telah sombong disebabkan penolakannya tersebut.
Oleh karena itu menolak wahyu secara keseluruhan maka dia telah kafir dan akan kekal di neraka.( sebab hatinya menolak wahyu)

Sebagaimana Allah terangkan dalam firman-Nya,
Sesungguhnya org-2 yg memperdebatkan tentang
ayat-2 Allah ( ﺇِﻥَّ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳُﺠَﺎﺩِﻟُﻮﻥَ ﻓِﻲ ﺀَﺍﻳَﺎﺕِ ﺍﻟﻠﻪِ )
tanpa alasan yg sampai pada mereka ( ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﺳًﻠْﻄَﺎﻥٍ ﺃَﺗَﺎﻫُﻢْ )
tidak ada dalam dada mereka ( ﺇِﻥ ﻓِﻲ ﺻُﺪُﻭﺭِﻫِﻢْ )
melainkan hanyalah (keinginan akan) kesombongan yg mereka sekali-kali tiada akan mencapainya, ( ﺇِﻻَّ ﻛِﺒْﺮٌ ﻣَّﺎﻫُﻢ ﺑِﺒَﺎﻟِﻐِﻴﻪِ  )
maka mintalah perlindungan kepada Allah. ( ﻓَﺎﺳْﺘَﻌِﺬْ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ )
Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi
Maha Melihat. ( ﺇِﻧَّﻪُ ﻫُﻮَ ﺍﻟﺴَّﻤِﻴﻊُ ﺍﻟْﺒَﺼِﻴﺮُ  )
(QS. Ghafir:56)

Sedangkan orang - orang yang sombong dengan menolak sebagian kebenaran karena tidak sesuai dengan hawa nafsu dan akalnya hal ini tidak termasuk kekafiran namun dia berhak mendapat hukuman (adzab) karena sifat sombongnya tersebut.

Maka wajib bagi para penuntut ilmu untuk memiliki tekad yang kuat mendahulukan perkataan Rasul ﷺ di atas perkataan siapa pun. Karena pokok kebenaran adalah kembali kepadanya dan pondasi kebenaran dibangun di atasnya, yakni dengan petunjuk Nabi ﷺ . Kita berusaha untuk mengetahui maksudnya, dan mengikutinya secara lahir dan batin. (Lihat Bahjatu Qulubil Abrar, hal 194-195, Syaikh Nashir as Sa’di, cet Daarul Kutub ‘Ilmiyah).

Namun, umumnya manusia tidak peduli terhadap kebenaran, tidak mau mencarinya, dan tidak menelitinya. Sehingga mereka berkubang di dalam kesesatan dengan sadar atau tanpa sadar. Allah Ta’ala berfirman:
Apakah mereka mengambil sesembahan-sesembahan
selain-Nya?  ( ﺃَﻡِ ﺍﺗَّﺨَﺬُﻭﺍ ﻣِﻦْ ﺩُﻭﻧِﻪِ ﺁﻟِﻬَﺔً )
Katakanlah tunjukkanlah hujjahmu! ( ﻗُﻞْ ﻫَﺎﺗُﻮﺍ ﺑُﺮْﻫَﺎﻧَﻜُﻢْ )
(al-Qur`an) ini adalah peringatan bagi orang-orang yang bersamaku, ( ﻫَٰﺬَﺍ ﺫِﻛْﺮُ ﻣَﻦْ ﻣَﻌِﻲَ )
dan peringatan bagi org-2 yg sebelumku. ( ﻭَﺫِﻛْﺮُ ﻣَﻦْ ﻗَﺒْﻠِﻲ )
Sebenarnya kebanyakan mereka tiada mengetahui
yang hak ( ﺑَﻞْ ﺃَﻛْﺜَﺮُﻫُﻢْ ﻟَﺎ ﻳَﻌْﻠَﻤُﻮﻥَ ﺍﻟْﺤَﻖَّ )
karena itu mereka berpaling. ( ﻓَﻬُﻢْ ﻣُﻌْﺮِﺿُﻮﻥَ )
( Qs Al-Anbiya’ (21) :24 )

Tafsir ulama :
Syaikh `Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah berkata: Mereka tidak mengetahui kebenaran bukan karena kebenaran itu samar dan tidak jelas. Namun karena mereka berpaling darinya. Jika mereka tidak berpaling dan mau memperhatikannya, niscaya kebenaran menjadi jelas bagi mereka dari kebatilan, dengan kejelasan yang nyata dan gamblang.( Lihat Tafsir Taisir Karimir Rahman,Qs Al-Anbiya’
( 21):24 ).

Oleh karena itu, jangan sekali-kali seorang Muslim menolak kebenaran, siapa pun pembawanya karena menolak kebenaran itu merupakan sifat kesombongan yang dibenci oleh Allah Azza wa Jalla . Sombong sifat yahudi (Qs Al-Baqarah : 89 )
Bahkan sesungguhnya menolak kebenaran itu merupakan sifat orang-orang kafir.
Wallahu a’lam

▪▪ Kedua
Merendahkan manusia ( ﻭَﻏَﻤْﻂُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ) maksudnya setelah menolak kebenaran kemudian berlanjut merendahkan orang yang menyampaikan kebenaran tersebut. Dengan meremehkan dan merendahkannya. Hal ini muncul karena seseorang bangga dengan dirinya sendiri dan menganggap dirinya lebih mulia dari orang lain. Kebanggaaan terhadap diri sendiri membawanya sombong terhadap orang lain, meremehkan dan menghina mereka, serta merendahkan mereka baik dengan perbuatan maupun perkataan. Rasulullah ﷺ bersabda,
Cukuplah seseorang dikatakan berbuat jahat jika ia menghina saudaranya sesama muslim. ( ﺑِﺤَﺴْﺐِ ﺍﻣْﺮِﺉٍ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺸَّﺮِّ ﺃَﻥْ ﻳَﺤْﻘِﺮَ ﺃَﺧَﺎﻩُ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻢَ )
(HR.Muslim 2564, lihat Bahjatu Qulubill Abrar , hal 195)

Contoh di antara bentuk kesombongan terhadap manusia di antaranya adalah sombong dengan pangkat dan kedudukannya, sombong dengan harta, sombong dengan kekuatan dan kesehatan, sombong dengan ilmu dan kecerdasan, sombong dengan bentuk tubuh, dan kelebihan-kelebihan lainnya. Dia merasa lebih dibandingkan orang lain dengan kelebihan-kelebihan tersebut. Padahal kalau kita renungkan, siapa yang memberikan harta, kecerdasan, pangkat, kesehatan, bentuk tubuh yang indah? Semua murni hanyalah nikmat dari Allah Ta’ala . Jika Allah berkehendak, sangat mudah bagi Allah untuk mencabut kelebihan-kelebihan tersebut. Pada hakekatnya manusia tidak memiliki apa-apa.

Kesimpulan
Seorang muslim tidak boleh menolak kebenaran dan nasehat agar kita tidak menyerupai sifat - sifat orang-orang kafir , yang dapat terjerumus kedalam kesombongan dan dapat  menghalangi masuknya hidayah sehingga pelakunya diancam dengan neraka.

Wallahu a’lam
Bersambung

Refrensi :
Http:// Abuafka.blogspot.com
Potongan dari artikel Almanhaj.or.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar